
1. Muhammad Zulifan
2. Wiji Hartono
(603)
Melihat Timur Tengah Lebih Dekat
(603)
By Wiji Hartono
Oleh: Wiji Abu Ghozi
Peristiwa ini merupakan kejadian yang masih berlangsung, sehingga informasi yang disampaikan sebatas data yang diperoleh saat tulisan ini dibuat (Desember 2016).
Baca juga: Membaca Konflik Suriah
Perkiraan PBB (April 2016) korban tewas akibat perang mencapai 400 ribu jiwa dengan pengungsi sekitar 4 juta jiwa
CIA World Factbook memperkirakan jumlah penduduk pada Juli 2016 sekitar 17,185,170
Arab Suriah sekitar 81% (muslim maupun non muslim)
Kurdi sekitar 9% (mayoritas sunni, sisanya syiah, dan Yazidis sekitar 40 ribu)
Turkmen 4% (mayoritas sunni)
Assyrian (3%), Circassian (1.5%), Armenian (1%)
Terdapat pula kelompok kecil etnik minoritas seperti Albanian, Bosnian, Georgian, Persia, Yunani, dan Yahudi.
Sunni 74% (Arab, Kurdi, dan Turkmen)
Syiah 13% (Arab, Kurdi, dan Turkmen), yaitu Nushairiyah/Alawite (11%), Syiah Imamiyah, dan Ismailiyah
Kristen 10%, terdiri atas beberapa denominasi yang sudah ada sejak masa awal lahirnya agama Kristen, antara lain Gereja Ortodoks Suriah, Gereja Katolik Yunani Melkit, Gereja Asiria Timur, Gereja Apostolik Armenia, dst
Druze 3% (pecahan Syiah Ismailiyah)
Hasan al-Askari diklaim Syiah Imamiyah sebagai imam yang ke sebelas. Padahal sejak kecil hingga wafatnya, penguasa Abbasiyah menempatkan Hasan al-Askari dalam tahanan rumah. Saat ia wafat, Syiah Imamiyah membuat berita palsu bahwa Hasan al-Askari memiliki anak yang bersembunyi di bawah tanah rumahnya, dan kelak akan keluar sebagai Imam Mahdi. Untuk berhubungan dengan Imam Mahdi tersebut harus melalui perantara. Muhammad bin Nushair kemudian mengklaim bahwa dirinya adalah salah satu perantara tersebut.
Di antara semboyan mereka adalah:
( لا إله إلا حيدرة الانزع البطين ، ولا حجاب عليه إلا محمد الصادق الأمين ، ولا طريق إليه إلا سلمان ذو القوة المتين ..)
“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Haidarah (julukan Ali) ksatria yang terpercaya. Tiada hijab (penghalang) atasnya kecuali Muhammad Ash-Shadiq Al-Amin. Dan tiada jalan menujunya kecuali Salman Dzul Quwwatil Matin.”
Baca juga: Memahami Konflik Suriah dalam 5 Menit
Peristiwa yang disebutkan dalam kronologi ini adalah peristiwa yang mewakili kondisi suatu periode. Sehingga jumlah peristiwa yang terjadi sejatinya lebih banyak dari yang disebutkan dalam kronologi ini.
Sejak 2013, Turki sudah mengajukan dibuatnya Zona Aman di Suriah Utara untuk tempat pengungsi. Namun AS dan negara-negara Barat sekutunya menolak.
Perbedaan pandangan utama antara Turki dan AS adalah mengenai siapa yang paling pertama harus disingkirkan dari Suriah. Turki menginginkan agar rezim Assad yang pertama kali harus disingkirkan dari Suriah. Sementara AS menyatakan bahwa perang melawan ISIS adalah tujuan utama dari operasi militer AS di Suriah.
Menteri Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioğlu, pada Agustus 2015 menyatakan bahwa pasukan Turki akan menyerang bukan hanya ISIS, tapi juga pasukan Assad, dan YPG (Kurdi) jika mereka memasuki Zona Aman yang direncanakan.
Namun AS meminta Turki untuk tidak menyerang pasukan YPG. AS juga tidak membuat sikap resmi terhadap tindakan yang akan dilakukan jika pasukan Assad memasuki Zona Aman yang direncanakan.
Kelompok yang disebutkan dalam tulisan ini adalah kelompok yang mewakili ideologi atau pilihan politik yang ada di Perang Saudara Suriah. Sehingga jumlah kelompok yang terlibat sejatinya lebih banyak dari yang disebutkan dalam tulisan ini.
Oposisi pada dasarnya adalah sebutan untuk setiap pihak yang berseberangan dengan rezim Assad, seperti FSA, Islamis, YPG (Kurdi), dan ISIS. Namun oposisi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kelompok yang berhubungan dengan FSA dan Islamis karena frekuensi kerja sama antar mereka masih lebih banyak daripada bermusuhannya. Sementara ISIS cenderung memusuhi semua pihak di luar kelompok mereka. Sedangkan YPG cenderung bermusuhan dengan Islamis dan ISIS, namun masih dapat bekerjasama dengan FSA dan rezim Assad.
Sejak Juli 2012 dan seterusnya, FSA melemah akibat masalah kedisiplinan anggota dan pertikaian internal. Kelompok Islamis kemudian menjadi dominan di kalangan oposisi.
Kelompok Islamis yang tergabung dengan FSA antara lain adalah Faylaq al-Rahman.
Sejak 2014, kesatuan struktur FSA mulai diragukan keberadaannya. Banyak milisi yang menggunakan nama FSA hanya agar mendapatkan dukungan internasional.
Pada February 2014, sekitar 54 kelompok oposisi (mantan anggota FSA) membentuk Jabhat al-Janubiyah (Southern Front) di Daraa. Mereka disokong oleh AS dan sekutunya melalui Jordan.
Kelompok Islamis yang tidak tergabung dengan FSA antara lain adalah Jaysh al-Islam (aktif sejak 2011), Jabhat Islamiyah al-Kurdiyah (Kurdish Islamic Front) yang pada 2014 melebur ke dalam Ahrar ash-Sham, dan Jaish al-Fatah.
Anggota Jaish al-Fatah antara lain adalah Ahrar ash-Sham (aktif sejak 2011), Jabhat Nusra / Jabhat fatḥ ash-Shām (aktif sejak 2012), Faylaq al-Sham (aktif sejak 2014), serta Hizbul Islam Turkistan (aktif sejak 2015).
Mawtbo Fulhoyo Suryoyo (Syriac Military Council), yaitu milisi Assyrian (Kristen) yang dibentuk pada January 2013.
Jaysh al-Thuwar, yaitu milisi multi-ethnic yang dibentuk pada May 2015. Mereka umumnya berasal dari sisa kelompok-kelompok FSA yang telah dikalahkan Jabhat Nusra.
International Freedom Battalion, yaitu milisi yang dibentuk pada Juni 2015, dan terdiri atas pejuang berideologi kiri dari berbagai negara. Milisi ini terinspirasi dari Brigade Internasional pada Perang Saudara Spanyol 1936 – 1939.
Peshmerga adalah pasukan militer dari wilayah otonomi Kurdistan Irak.
PKK adalah kelompok sayap kiri yang berbasis di Turki dan Irak.
(1408)
By Wiji Hartono
(Pemerhati Sejarah, Alumni Prodi Sejarah FIB-UI)
Sebutan Timur Tengah berasal dari sudut pandang Eropa Barat yang membagi wilayah timur menjadi 3 kawasan, yaitu Timur Dekat (Near East), Timur Tengah (Middle East), dan Timur Jauh (Far East).
Sejak abad ke-19 terdapat beberapa versi mengenai batas kawasan Timur Tengah. Namun saat ini, sebutan Timur Tengah umumnya meliputi wilayah 16 negara di Asia Barat, dan ditambah Mesir.
Berikut ini asal usul nama-nama negara di Timur Tengah:
Dalam Bahasa Arab, Bahrain berarti “dua laut.” Istilah tersebut awalnya digunakan untuk seluruh kawasan timur Semenanjung Arab yang menghadap ke dua laut, yaitu Teluk Persia dan Teluk Oman (bagian dari Laut Arab).
Negara Bahrain sendiri merupakan negara kepulauan kecil yang terletak di Teluk Persia. Karena berada di kawasan timur Semenanjung Arab, kepulauan tersebut kemudian dinamakan Bahrain.
Kerajaan Bahrain mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 15 Agustus 1971.
Republik Cyprus adalah negara pulau yang terletak di wilayah timur Laut Mediterania, sebelah barat Suriah dan Lebanon, serta di selatan Turki. Republik Cyprus mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 16 Agustus 1960.
Nama Cyprus sudah ditemukan dalam catatan bangsa Mycenae pada abad ke-15 SM, yaitu ku-pi-ri-jo. Terdapat beberapa versi mengenai asal nama Cyprus. Namun Georges Dossin berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari kata Sumeria, yaitu Zubar yang berarti tembaga, atau Kubar yang berarti perunggu. Perunggu adalah campuran tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah.
Dalam Bahasa Latin, tembaga disebut Cuprum, dan berasal dari ungkapan aes Cyprium, yaitu “logam dari Cyprus.” Sejak zaman dahulu, pulau Cyprus sudah dikenal sebagai salah satu penghasil tembaga untuk kawasan Mediterania dan Asia Barat.
Pengguna Bahasa Inggris menyebut Mesir dengan nama Egypt. Nama tersebut berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu Aígyptos (a-ku-pi-ti-yo). Kata tersebut diserap dalam Bahasa Arab menjadi Qubṭī (Koptik).
Kata Aígyptos sendiri diserap bangsa Yunani dari kata Mesir Kuno, yaitu Hikuptah (ḥwt-kȝ-ptḥ) yang berarti “rumah dari jiwa dewa Ptah.” Kata Hikuptah merujuk pada kuil Ptah (dewa pencipta) di kota Memphis, Mesir Kuno.
Sedangkan kata Mesir berasal dari Al Qur’an (QS. Yusuf: 21), dan merupakan kata yang berasal dari rumpun Bahasa Semit. Catatan tertua yang menyebut kata Mesir adalah lempeng tanah liat bangsa Akkadia (penutur pertama Bahasa Semit).
Kata mi-iṣ-ru dalam Bahasa Akkadia berarti “perbatasan.” Kerajaan Akkadia berpusat di Mesopotamia, sekitar abad ke-23 SM, dimana Mesir menjadi salah satu wilayah perbatasannya.
Lihat kembali hubungan bangsa Akkadia dengan kaum nabi Shaleh di http://duniatimteng.id/sejarah-sihir-serta-kisah-harut-dan-marut/
Catatan tertua yang menyebut nama Iran berasal dari prasasti di reruntuhan kota kuno Naqsh-e Rustam. Prasasti tersebut mencatat penobatan raja Sasanid pertama, yaitu Ardashir I (180 – 242 M). Dalam catatan yang menggunakan Bahasa Persia Pertengahan, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh ērān. Sedangkan dalam catatan yang menggunakan Bahasa Parthia, Ardashir disebut sebagai ardašīr šāhān šāh aryān. Kedua sebutan tersebut berarti “raja di atas segala raja bangsa Iran.”
Kata ērān maupun aryān berasal dari Bahasa Proto-Iranian yang berarti bangsa Arya. Arya berarti “bangsawan,” dan digunakan bangsa Indo-Iranian untuk menyebut diri mereka sendiri. Sebutan tersebut dapat ditemukan dalam naskah Weda (agama Hindu) dan Avesta (agama Zoroaster).
Lihat kembali asal usul bangsa Persia dan hubungannya dengan suku-suku rumpun Indo-Iranian di http://duniatimteng.id/sejarah-zulkarnain-dan-bidah-majusi/
Sedangkan kata Persia merupakan sebutan orang Yunani untuk bangsa Iran, yaitu Persis. Kata Persis sendiri berasal dari Bahasa Assyria, yaitu Parsa. Kerajaan Assyria berpusat di Mesopotamia. Prasasti Assyria dari abad ke-9 SM menyebut Parsa sebagai perbatasan di tenggara Assyria (saat ini provinsi Fars, Iran). Parsa adalah wilayah kekuasaan awal bangsa Iran.
Kata Irak berasal dari nama kota Sumeria, yaitu Uruk (berdiri sekitar 4000 tahun SM) yang berada di selatan Mesopotamia. Bangsa Arab kemudian menyebut wilayah selatan Mesopotamia sebagai al-ʿIrāq.
Sebelum Perang Dunia I, Kekhalifahan Turki Utsmani membagi Irak menjadi 3 provinsi, yaitu Vilayet Mosul, Vilayet Baghdad, dan Vilayet Basra. Pada Perang Dunia I, Inggris merebut Irak dengan bantuan bangsa Arab. Sebelumnya, Inggris berjanji membantu berdirinya negara Arab merdeka, dengan wilayah yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran (termasuk wilayah Irak) jika bangsa Arab membantu untuk mengalahkan Utsmani.
Namun setelah Perang Dunia I, Inggris tidak menunjukkan tanda untuk menjadikan Irak sebagai negara merdeka. Sehingga orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920. Inggris kemudian mendirikan Kerajaan Irak (al-Mamlakah al-‘Irāqiyyah) pada 1921, dengan Faisal I (dari Bani Hasyim) sebagai raja pertamanya.
Pada 1932, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Kerajaan Irak. Pada 1958 terjadi kudeta militer yang mengganti Kerajaan Irak menjadi Republik Irak.
Nama negara Israel berasal dari nama Kerajaan Israel yang berdiri sekitar 1050 – 930 SM. Kerajaan tersebut dinamakan Israel karena merujuk pada gelar leluhur mereka, yaitu nabi Yakub (Jacob). Terdapat beberapa versi mengenai sebab nabi Yakub diberi gelar Israel. Namun dalam Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf disebutkan bahwa Israel berarti “kekasih Allah” atau “hamba Allah.”
Yakub memiliki dua belas anak lelaki, yaitu Reuben, Simeon, Levi, Judah (Yahuda), Dan, Naphtali, Gad, Asher, Issachar, Zebulun, Joseph (Yusuf), dan Benjamin. Dua belas anak tersebut kemudian berkembang menjadi dua belas suku Israel.
Kerajaan Israel mencapai puncak kejayaan di masa kepemimpinan nabi Daud dan Sulaiman, keduanya berasal dari suku Judah (Yahuda). Setelah wafatnya Sulaiman, Kerajaan Israel mengalami perpecahan. Sepuluh suku Israel menolak kepemimpinan putra Sulaiman (dari suku Yahuda). Sedangkan suku Judah (Yahuda) dan Benjamin tetap mendukung kepemimpinan keturunan Sulaiman.
Sepuluh suku tersebut kemudian mendirikan Kerajaan Israel di utara dengan ibukota Samaria. Sedangkan dua suku mempertahankan kerajaan di selatan dengan ibukota Yerusalem, dan kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Yahudi (Judah).
Sehingga sebutan Israel, pada awalnya, berlaku bagi semua keturunan nabi Yakub. Sedangkan sebutan Yahudi berlaku bagi keturunan Yahuda, salah satu putra Yakub.
Lihat kembali sejarah bangsa Yahudi di http://duniatimteng.id/hancurnya-kuil-sulaiman-solomon-temple/
Nama Yordania berasal dari sungai Yordan yang mengalir di bagian barat negara tersebut. Kata Yordan sendiri berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu Yarad yang berarti “turun, menuju ke bawah.” Bangsa Arab menyebut sungai tersebut sebagai Nahr al-Urdun.
Kerajaan Hasyimi Yordania (Al-Mamlakah Al-Urdunnīyah Al-Hāshimīyah) bermula dari pemberontakan bangsa Arab (1916 – 1918) terhadap Turki Utsmani. Pemberontakan tersebut disulut oleh Inggris yang membutuhkan bantuan bangsa Arab dalam Perang Dunia I.
Inggris berhasil membujuk pemimpin Utsmani di Mekah, Syarif Hussein bin Ali al-Hasyimi (orang Arab yang masih keturunan nabi Muhammad), untuk memimpin pemberontakan terhadap Utsmani. Dalam surat menyurat antara Syarif Hussein dengan Sir Henry McMahon, Inggris berjanji akan memberikan wilayah Utsmani yang terbentang dari perbatasan timur Mesir sampai perbatasan barat Iran.
Namun Inggris dan Perancis mengkhianati Syarif Hussein. Perancis mengambil alih Suriah dan Lebanon, sementara Inggris menguasai Palestina, Yordania, dan Irak. Syarif Hussein hanya berkuasa di Hejaz. Setelah orang-orang Arab di Irak melakukan pemberontakan pada 1920, Inggris kemudian memberikan kekuasaan kepada putra-putra Syarif Hussein, yaitu Abdullah dan Faisal.
Faisal I bin al-Hussein menjadi raja Irak pada 1921. Sedangkan Abdullah I bin al-Hussein menjadi raja Yordania pada 1921. Kerajaan Yordania memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 25 Mei 1946.
Nama Kuwait berasal dari nama ibukota negara tersebut, yaitu Madinat al-Kuwait. Kata Kuwait sendiri berasal dari kata Kut, yang biasa digunakan di selatan Irak dan timur semenanjung Arab untuk menyebut bangunan berbentuk benteng yang dikelilingi pemukiman.
Kota Kuwait bermula dari desa nelayan yang dibangun Bani Khalid pada sekitar 1613. Karena letaknya yang strategis, Kuwait menjadi rebutan berbagai kekuasaan, termasuk Utsmani dan Inggris. Pada 1899, Kuwait menjadi wilayah protektorat Inggris.
Protektorat adalah negara atau wilayah yang dikontrol, bukan dimiliki, oleh negara lain yang lebih kuat. Sebuah protektorat biasanya berstatus otonomi dan berwenang mengurus masalah dalam negeri. Status protektorat Inggris di Kuwait berakhir pada 19 Juni 1961.
Nama Lebanon berasal dari nama gunung Lebanon yang berada di utara negara tersebut. Kata Lebanon sendiri berasal dari Bahasa Semit, yaitu bentukan akar kata l-b-n yang berarti “putih.” Nama tersebut diberikan karena warna putih dari salju yang menutupi puncak gunung Lebanon.
Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Lebanon kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 22 November 1943. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Lebanon pada Desember 1946.
Oman adalah kata kuno yang sudah muncul di peta-peta zaman dahulu. Terdapat beberapa pendapat mengenai asal nama Oman. Pendapat yang umum digunakan adalah Oman berasal dari nama pendiri tempat tersebut, yaitu Oman bin Qahthan. Keturunan Qahtan dianggap sebagai orang Arab asli (Arab al-‘Aaribah), dan berasal dari wilayah selatan semenanjung Arab.
Istilah Arab al-‘Aaribah digunakan untuk membedakan dengan Arab al-Musta’ribah (orang Arab hasil arabisasi), yaitu orang Arab yang berasal dari keturunan nabi Ismail. Nabi Ismail bukanlah orang Arab, ayahnya (Ibrahim) berasal dari Ur (selatan Mesopotamia), ibunya (Hajar) berasal dari Mesir. Nabi Ismail kemudian menikah dengan perempuan suku Jurhum (Arab al-‘Aaribah).
Sejak abad ke-8 M, kelompok Khawarij Ibadiyah berkuasa di Oman. Beberapa kekuatan sempat berkuasa di Oman, seperti Seljuk, Portugis, Utsmani, dan Inggris. Namun kelompok Ibadi kembali berkuasa di Oman. Saat ini Oman dipimpin Sultan Qābūs bin Saʿīd, seorang Ibadi dari Dinasti Al Said.
Catatan tertua yang menyebut nama Palestina adalah prasasti di kuil Medinet Habu, Mesir. Prasasti tersebut menyebut Peleset sebagai salah satu Orang-Orang Laut yang menyerang Mesir di masa Ramses III (sekitar 1217 – 1155 SM), Dinasti Kedua Puluh Mesir Kuno.
Orang-Orang Laut adalah sebutan bagi suku-suku yang menyerang Mesir dari laut, sekitar abad ke-13 – 12 SM. Mereka diduga berasal dari pesisir Asia Barat atau Eropa Selatan. Di antara Orang-Orang Laut tersebut adalah suku Peleset, Denyen, Shardana, Meshwesh, dan Tjekker.
Suku Peleset berasal dari wilayah antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan (saat ini masuk wilayah negara Palestina). Dalam Alkitab, Kitab Kejadian 10 : 19, wilayah tersebut awalnya dihuni oleh keturunan Kanaan bin Ham bin Nuh.
Tidak diketahui arti kata Peleset. Kemungkinan kata tersebut adalah sebutan dari orang-orang Peleset untuk diri mereka sendiri. Ketika bangsa Israel hijrah dari Mesir ke tanah Kanaan (Kitab Keluaran 6 : 4), mereka juga menggunakan sebutan orang Mesir untuk wilayah tersebut, yaitu Peleshet (Kitab Keluaran 13 : 17). Kata tersebut kemudian diserap orang Yunani menjadi Palaistinê.
Catatan tertua yang menyebut Qatar berasal dari penulis Romawi, Pliny (23 – 79 M), yang menyebut penghuni wilayah tersebut sebagai Catharrei. Kata Qatar sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu Qathran yang berarti “tar” (minyak mentah yang merembes ke permukaan bumi dan membentuk danau aspal).
Sebelum Perang Dunia I, Qatar berada di bawah kekuasaan Utsmani. Saat Perang Dunia I, orang Arab Qatar turut membantu Inggris mengalahkan Utsmani. Qatar kemudian menjadi wilayah protektorat Inggris. Pada 1 September 1971, Qatar mendeklarasikan kemerdekaannya dari Inggris.
Nama Saudi pada Kerajaan Arab Saudi (al-Mamlakah al-ʻArabīyah as-Suʻūdīyah), berasal dari nama keluarga penguasanya, yaitu Keluarga Saud.
Lihat kembali sejarah berdirinya Arab Saudi di http://duniatimteng.id/sejarah-arab-saudi-dan-nasionalisasi-aramco/
Sedangkan kata Arab, akar kata tersebut dalam rumpun Bahasa Semit memiliki arti “gurun pasir” atau “nomad (pengembara).” Dalam Al Qur’an, surat At Taubah: 97, kata ʾaʿrāb merujuk pada orang Arab Badui.
Catatan tertua yang menyebut kata Arab adalah prasasti Kurkh dari Kerajaan Assyria. Prasasti tersebut menceritakan raja Assyria (Shalmaneser III) yang berhasil mengalahkan persekutuan 12 raja dalam Pertempuran Qarqar (853 SM). Salah satu anggota persekutuan 12 raja tersebut adalah Gindibu dari mâtu arbâi (tanah Arab) yang memimpin 1000 pasukan penunggang unta.
Nama Suriah berasal dari nama bangsa Assyria. Nama Assyria sendiri berasal dari nama ibukotanya, yaitu Assur. Sedangkan nama Assur berasal dari nama kepala dewa-dewa Assyria, yaitu Ashur. Kerajaan Assyria awalnya berpusat di Mesopotamia Utara. Bangsa Assyria mulai berkuasa sekitar abad ke-21 SM setelah Kerajaan Akkadia mengalami kemunduran. Wilayah Suriah saat ini, dahulu termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Assyria.
Setelah Perang Dunia I, Perancis mengambil alih wilayah Lebanon dan Suriah dari Utsmani. Orang Arab Suriah beberapa kali mengadakan pemberontakan terhadap Perancis. Pada Perang Dunia II, sebagian wilayah Perancis diduduki Jerman. Suriah kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada 24 Oktober 1945. Pasukan pendudukan Perancis ditarik keluar dari Suriah pada April 1946.
Catatan tertua yang menyebut kata Turki sebagai bangsa, terdapat dalam surat dari Ishbara Qaghan (pemimpin suku Göktürks) untuk Kaisar Wen (dari Dinasti Sui di Tiongkok) pada abad ke-6 M. Dalam surat tersebut, Ishbara Qaghan menyebut dirinya sebagai Khan Turki Raya.
Catatan Tiongkok sudah menyebut kata tu-jue atau tu-kin untuk menyebut bangsa yang tinggal di Pegunungan Altay, Asia Tengah, sekitar abad ke-2 SM. Akar kata Turk sendiri dalam Bahasa Turki berarti “kekuatan.”
Lihat kembali sejarah bangsa Turki di http://duniatimteng.id/perang-melawan-bangsa-turki/
Negara tersebut bernama Uni Emirat Arab karena merupakan gabungan dari 7 kerajaan (emirat) kecil, yaitu Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Quwain. Ibukota Uni Emirat Arab adalah Abu Dhabi.
Utsmani dan Portugis sempat berkuasa di wilayah Uni Emirat Arab. Pada abad ke-19, Inggris melakukan serangkaian perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut, sehingga menjadikan mereka secara informal sebagai protektorat Inggris.
Setelah Perang Dunia II, kekuatan Inggris semakin menurun. Memasuki 1960-an, Inggris sudah tak mampu lagi menyediakan sumber daya untuk melindungi wilayah tersebut. Inggris kemudian mengumumkan akan menarik mundur pasukannya dari wilayah tersebut. Pada 1971, pemimpin Abu Dhabi dan Dubai mengajak kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut untuk membentuk persatuan. Kerajaan terakhir yang bergabung dalam persatuan tersebut adalah Ras Al Khaimah pada 1972.
Dalam prasasti di selatan semenanjung Arab, wilayah Yaman disebut Yamnat. Sebutan Yaman awalnya meliputi ‘Asir di barat daya Arab Saudi sampai Dhofar di selatan Oman (lebih luas dari negara Yaman saat ini).
Kata Yaman dalam Bahasa Arab berarti “kanan.” Kata tersebut juga bisa berarti “kebaikan.” Sedangkan akar kata Yumn berarti “kebahagiaan.” Wilayah selatan semenanjung Arab yang subur, membuat bangsa Romawi menyebutnya Arabia Felix (Arab yang bahagia). Hal ini untuk membedakan dengan wilayah tengah semenanjung Arab yang disebut Arabia Deserta (Arab yang bergurun).
Zaidiyah, Utsmani, dan Inggris pernah berkuasa di wilayah yang saat ini menjadi negara Yaman. Pada abad ke-19, wilayah Aden (Yaman Selatan) dikuasai Inggris. Sementara kelompok Zaidiyah kembali mendirikan kerajaan di Sana’a (Yaman Utara) setelah kekalahan Utsmani pada Perang Dunia I.
Pada 1962, terjadi pemberontakan militer di Yaman Utara. Dengan didukung Mesir, pemberontak berhasil menguasai Yaman Utara dan membentuk Republik Arab Yaman. Pemberontakan tersebut menginspirasi orang-orang Arab Selatan untuk memberontak terhadap Inggris pada 1963. Pada 1967, Inggris menarik mundur pasukannya, dan Yaman Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya. Pada 1990, Yaman Utara dan Yaman Selatan sepakat untuk membentuk negara bersatu.
———————————————
Sumber: Ensiklopedia online Britannica, Wikipedia, dan Kamus Etimologi Online (etymonline.com)
(14155)
By Wiji Hartono
Sadiq Aman Khan, seorang muslim, berhasil memenangkan pemilihan wali kota London yang diadakan pada 5 Mei 2016. Kemenangan tersebut disambut gempita oleh banyak netizen muslim di berbagai negara. Sebelumnya di Perancis, Najat Vallaud-Belkacem yang juga muslim, diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pendidikan Tinggi dan Riset pada 26 Agustus 2014.
Beberapa muslim pun sudah ada yang menjadi anggota parlemen Eropa, antara lain Rachida Dati (Perancis), Sajjad Karim (Inggris), Saïd el Khadraoui (Belgia), Emine Bozkurt (Belanda), Ismail Ertug (Jerman), dan Magdi Allam (Italia). Muslim di panggung politik Eropa umumnya berasal dari imigran atau keturunan dari keluarga imigran di Eropa.
Mayoritas dari mereka mewakili posisi politik kiri-tengah, seperti Sadiq Khan (Partai Buruh), Najat Belkacem (Partai Sosialis), Saïd el Khadraoui (Partai Sosialis), Emine Bozkurt (Partai Buruh), dan Ismail Ertug (Partai Sosial Demokratik). Sedangkan yang mewakili posisi politik kanan-tengah adalah Rachida Dati (Union for a Popular Movement), Sajjad Karim (Partai Konservatif), dan Magdi Allam (Union of the Centre).
Secara umum, kebijakan mereka mewakili posisi politik dari partainya. Seperti Sadiq Khan dan Najat Belkacem yang menyetujui perkawinan sesama jenis. Sementara kehidupan pribadi mereka pun banyak yang mengikuti pola umum pergaulan Eropa. Seperti Rachida Dati yang memiliki anak melalui hubungan di luar pernikahan, serta Magdi Allam yang pindah agama menjadi penganut Kristen.
Keberadaan muslim di panggung politik Eropa merupakan keniscayaan dari semakin bertambahnya jumlah muslim di Eropa. Lembaga riset Pew pada 2012 menyebutkan bahwa Islam adalah agama terbesar kedua di Eropa dengan jumlah penganut yang mencapai 6% dari penduduk Eropa. Keberadaan muslim di panggung politik Eropa juga mewakili kondisi sebagian muslim Eropa, yaitu berasal dari keluarga imigran dan hidup dengan mengikuti pola umum pergaulan Eropa.
(117)
By Wiji Hartono
Catatan tertua yang menyebutkan keberadaan Injil Barnabas adalah “Decretum Gelasianum” (sekitar abad ke-6 M) serta Katálogos Ton Exínta Vivlía (sekitar abad ke-7 M). Kedua sumber tersebut memasukkan Injil Barnabas dalam daftar kitab apokrif.
Kitab apokrif merupakan kitab-kitab Kristen yang tidak dianggap sebagai bagian dari Kitab Suci (Kanon). Dimasukkannya Injil Barnabas dalam daftar kitab apokrif dikarenakan kalangan gereja meragukan keaslian kitab tersebut.
Barnabas (wafat sekitar 61 M) sendiri adalah seorang Yahudi yang kemudian masuk ke dalam agama Kristen. Barnabas bersama Paulus (sekitar 3 – 67 M) banyak menyebarkan ajaran Kristen kepada orang-orang non-Yahudi.
Terdapat dua naskah Injil Barnabas yang berhasil ditemukan, yaitu naskah berbahasa Italia milik pangeran Eugene of Savoy (1663 – 1736 M), serta naskah berbahasa Spanyol milik George Holme (1676 – 1765 M).
Naskah milik pangeran Eugene diduga berasal dari Giovanni Michele Bruto (1517 – 1592 M) yang telah mengumpulkan naskah-naskah dari Hungaria dan Transylvania. Sedangkan naskah milik George Holme diduga didapatkan saat ia menjadi pendeta di pabrik milik Inggris di Aljazair.
Injil Barnabas yang saat ini beredar umumnya berasal dari naskah milik pangeran Eugene. Sementara naskah milik George Holme telah hilang, namun salinannya ditemukan pada 1970-an di perpustakaan Fisher (University of Sydney) di antara koleksi buku milik Sir Charles Nicholson.
Beberapa peneliti, seperti Mikel de Epalza dan Emilio Garcia Gomez, berpendapat bahwa Injil Barnabas ditulis oleh kalangan Morisco, yaitu orang-orang Islam yang dipaksa masuk agama Kristen setelah jatuhnya Granada pada 1492 M.
Sementara peneliti lainnya, seperti Luigi Cirillo dan Michel Fremaux, berpendapat bahwa Injil Barnabas ditulis oleh kalangan Unitarian, yaitu orang-orang Kristen yang menolak doktrin Trinitas (Tuhan adalah zat yang esa, namun hadir dalam tiga pribadi).
Pokok ajaran Unitarian memiliki kesamaan dengan kaum Ebionites (abad ke-1 M). Kaum Ebionites meyakini bahwa Tuhan adalah zat yang esa, Jesus (nabi Isa) sebagai juru selamat (bukan Tuhan), dan mereka tetap berpegang pada hukum dasar Yahudi.
Kaum Ebionites juga menolak pendapat-pendapat (ajaran) Paulus. Mereka pun memiliki Injil yang berbeda dengan Injil umat Kristen saat ini. Namun Injil kaum Ebionites sudah tidak dapat ditemukan bersamaan dengan punahnya kaum Ebionites pada pertengahan abad ke-5 M.
Unitarian muncul pada abad ke-16 M seiring merebaknya Reformasi Protestan. Pengadilan Inkuisisi Gereja melarangnya. Sehingga penduduk Italia yang menganut Unitarian mengungsi ke Transylvania. Pemimpin Transylvania, John Sigismund Zápolya, adalah pendukung Unitarian.
Terdapat beberapa perbedaan di dalam Injil Barnabas dengan Al Qur’an, di antaranya adalah:
“… Maryam dikelilingi cahaya yang sangat terang, dan melahirkan putranya tanpa rasa sakit …” (Injil Barnabas, bab 3)
Sementara Al Qur’an surat Maryam ayat 23 menyatakan bahwa Maryam juga merasakan sakit saat akan melahirkan.
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.” (QS. Maryam: 23)
“… Sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa langit ada sembilan, di antaranya adalah yang mengatur planet-planet …” (Injil Barnabas, bab 178)
Sementara Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 29 menyatakan bahwa Allah menciptakan tujuh langit.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 29)
Injil Barnabas bab 214 menyebutkan bahwa Judas Iscariot adalah pengkhianat karena telah memberitahukan tempat nabi Isa dengan imbalan tiga puluh keping emas. Injil Barnabas bab 216 menyebutkan bahwa Judas kemudian disalib karena telah diserupakan dengan nabi Isa.
Sementara Ibnu Katsir dalam pembahasan surat An Nisaa’ ayat 157, mengutip riwayat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang menyatakan bahwa yang diserupakan dengan nabi Isa adalah muridnya yang setia (bukan pengkhianat).
“… Kemudian Isa berkata lagi, “Siapakah di antara kalian yang mau diserupakan denganku? Ia akan dibunuh karena kedudukanku. Ia pun akan menjadi teman dekatku di surga.” Kemudian berdirilah sahabat beliau yang masih muda, lalu Isa mengatakan, “Duduklah engkau.”
Kemudian Isa mengulang pertanyaannya sebanyak dua atau tiga kali. Tetapi tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali pemuda itu. Akhirnya Isa pun berkata, “Kamulah orangnya.” Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya serupa dengan nabi Isa. …”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa riwayat ini sanadnya shahih sampai Ibnu ‘Abbas.
Injil Barnabas yang beredar saat ini diduga baru dibuat sekitar abad ke-16 M. Kalaupun ada yang berpendapat bahwa Injil tersebut berasal dari Barnabas yang hidup di abad ke-1 M (Barnabas tidak pernah bertemu nabi Isa), maka harus dipahami bahwa Injil tersebut merupakan Sumber Israiliyat.
Sumber Israiliyat digunakan hanya untuk memberi hikmah dari kejadian masa silam, dan tidak digunakan untuk menetapkan suatu hukum halal-haram. Sumber Israiliyat yang dapat digunakan adalah yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits shahih.
Umat Islam tidak wajib untuk meyakini dan mengetahui Sumber Israiliyat, karena ilmu yang wajib diketahui (seperti sifat Allah Ta’ala, cara sholat, dan perkara wajib lainnya) telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan hadits shahih.
Wallahu A’lam
(3067)
By Wiji Hartono
Drug Enforcement Administration (DEA) mengumumkan pada 1 February 2016, bahwa operasi gabungan 7 negara berhasil membongkar jaringan narkoba Hezbollah.
Juru bicara DEA, Rusty Payne, menyatakan pada CNN bahwa jaringan tersebut telah melakukan pencucian uang untuk mendanai kegiatan Hezbollah di Suriah dan Lebanon.
Hezbollah, secara resmi berdiri pada 1985, adalah organisasi Syiah Lebanon yang lahir dari pengaruh Revolusi Iran 1979. Pengikut Hezbollah terutama berasal dari Lebanon Selatan, Beirut dan daerah sekitarnya, serta utara Lembah Beqaa dan wilayah Hirmil.
Pendanaan Hezbollah antara lain berasal dari sumbangan anggota, bantuan Iran, serta jaringan usaha kriminal. Keterbatasan keuangan yang dialami Iran membuat Hezbollah harus mencari sumber dana dari usaha kriminal, diantaranya adalah perdagangan narkoba.
Hezbollah telah bekerja sama dengan kartel Amerika Selatan untuk mendapat pasokan narkoba. Situs Los Angeles Times pada 22 Oktober 2008 memberitakan penangkapan anggota jaringan narkoba Hezbollah (Chekry Harb) di Bogota, Kolombia.
Hezbollah mengirim narkoba Amerika Selatan melalui Panama, Venezuela, dan Guatemala untuk dipasarkan ke Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Timur Tengah. Uang hasil penjualan narkoba kemudian ‘dicuci’ melalui front companies di Panama dan Hong Kong.
Front companies adalah perusahaan legal yang menjadi kedok dan sarana pencucian uang dari usaha kriminal. Front companies menggunakan uang hasil penjualan narkoba untuk membeli berbagai barang legal, yang kemudian dijual kembali untuk mendapatkan uang tunai.
Sumber pasokan narkoba Hezbollah juga berasal dari Iran. Situs Der Spiegel pada 12 Juli 2011 menyebutkan bahwa Iran telah mengganti sebagian bantuan dana tunai mereka dengan heroin dan kokain untuk dipasarkan Hezbollah ke Eropa.
Hezbollah bahkan telah memiliki perkebunan hashish dan marijuana di Lembah Bekaa. Situs The Daily Beast pada 9 Juli 2014 menyebutkan bahwa pasar hashish dan marijuana Hezbollah antara lain adalah Dubai, Yordania, dan Irak.
(193)
By Wiji Hartono
Kelompok anti-Islam, Pegida, telah merencanakan untuk menggelar aksi unjuk rasa serentak di 14 negara Eropa pada 6 Februari 2016. Kelompok Pegida semakin mendapat angin pasca peristiwa Serangan Seksual di Malam Tahun Baru 2016. Serangan terjadi di beberapa kota negara-negara Eropa Tengah.
Siapakah pelakunya? Mengapa terjadi secara serentak? Benarkah hal tersebut merupakan imbas dari kedatangan imigran muslim di Eropa?
Terdapat lebih dari 1000 laporan serangan seksual, 3 diantaranya meliputi pemerkosaan. Serangan tersebut juga diiringi dengan tindak perampokan. Di Jerman, serangan terjadi antara lain di Cologne, Hamburg, Düsseldorf, Frankfurt, Stuttgart, Bielefeld, dan Dortmund. Serangan juga terjadi di negara Austria, Finlandia, Swiss, dan Swedia.
Situs spiegel.de mengutip pernyataan Menteri Kehakiman Jerman, Heiko Maas, yang mengatakan bahwa serangan tersebut terorganisasi. Para pelaku ‘diundang’ melalui layanan pesan dalam smartphone serta jaringan sosial. Saat menangkap pelaku penyerangan, polisi juga menemukan kertas berisi kata-kata yang sering digunakan untuk pelecehan seksual dalam bahasa Arab-Jerman.
Sebagian besar pelaku yang berhasil ditangkap berasal dari Afrika Utara, terutama berkebangsaan Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Situs welt.de menyebutkan bahwa dalam salah satu penangkapan di Cologne, pelaku antara lain terdiri atas 9 orang Aljazair, 8 orang Maroko, 5 orang Iran, 4 orang Suriah, 2 orang Jerman, 1 orang Tunisia, 1 orang Irak, 1 orang Serbia, dan 1 orang Amerika.
Migran muslim di Eropa memiliki latar belakang yang beragam, baik dari sisi asal negara, kecenderungan pemikiran, serta motivasi melakukan migrasi. Berdasarkan data UNHCR, migran muslim yang memasuki Eropa pada 2015, antara lain berasal dari Suriah, Afghanistan, Irak, Eritrea, Somalia, Sudan, Nigeria, Pakistan, Mali, Iran.
Berdasarkan kecenderungan pemikiran, para migran terdiri atas sunni, syiah, liberal, serta sosialis. Motivasi para migran antara lain adalah meninggalkan wilayah perang (seperti Suriah, Afghanistan, Irak), menghindari kekejaman penguasa (seperti di Eritrea), serta mencari kesempatan ekonomi yang lebih baik.
Di antara para migran juga terdapat anggota Kelompok Kejahatan Terorganisasi atau OCG (Organized Crime Groups). Sejak tahun 1990-an, OCG Afrika Utara mulai bermunculan di Eropa, antara lain di Perancis, Belanda, dan Spanyol. Mereka juga menjadi bagian jaringan perdagangan manusia dalam Krisis Migran Eropa.
Situs reuters.com pada 7 Agustus 2015 memberitakan penangkapan anggota OCG Afrika Utara oleh kepolisian Italia, terkait tenggelamnya lebih dari 200 orang migran di Laut Mediterania. OCG Afrika Utara menarik biaya antara $1,200 sampai $1,800 dari setiap migran. Anggota OCG Afrika Utara juga kerap mengancam dan menyakiti para migran dengan menggunakan pisau, tongkat, dan sabuk.
Untuk mengetahui siapa pihak yang mengorganisasi serangan, maka perlu ditelusuri apa dampak dari serangan tersebut, dan siapa yang mampu mengorganisasi para pelaku lapangan.
Pihak yang paling terkena dampak dari serangan tersebut adalah pengungsi Suriah serta para pendukung kebijakan “open-door refugee policy” (membuka pintu untuk pengungsi).
Pelaku lapangan dari serangan tersebut banyak yang berasal dari Afrika Utara, namun mereka mengaku berasal dari Suriah. Situs telegraph.co.uk pada 7 Januari 2016 menyebutkan bahwa saat seorang pelaku ditangkap, ia berkata: “Saya orang Suriah. Anda harus memperlakukan saya dengan hormat. Nyonya Merkel mengundang saya.”
Namun terdapat pula laporan tentang pengungsi Suriah yang menolong korban serangan. Situs independent.co.uk pada 16 Januari 2016 memberitakan pengakuan perempuan Amerika, Caitlin Duncan, bahwa ia diselamatkan oleh sekelompok pengungsi Suriah dari serangan gerombolan pemabuk berwajah Arab dan Afrika Utara.
Negara-negara yang menjadi lokasi serangan merupakan negara pendukung “open-door refugee policy.” Jerman dan Swedia memang memiliki jumlah migran dan pengungsi paling banyak di antara negara Eropa lainnya. Namun Perancis dan Italia tidak mengalami serangan walaupun jumlah migran dan pengungsi mereka lebih banyak daripada Austria, Finlandia, dan Swiss.
Serangan paling banyak terjadi di Jerman, dimana Kanselir Jerman (Angela Merkel) merupakan pendukung utama “open-door refugee policy.” Kota yang paling banyak mengalami serangan adalah Cologne. Walikota Cologne (Henriette Reker) juga dikenal sebagai pendukung “open-door refugee policy.” Reker bahkan pernah mengalami percobaan pembunuhan terkait sikapnya tersebut.
Pihak yang memiliki kemampuan mengorganisasi serangan tersebut antara lain adalah OCG dan militer. Namun melihat dampak politik yang dihasilkan, maka kemungkinan besar serangan tersebut diorganisasi oleh pihak militer (lebih tepatnya dinas intelijen). Serangan tersebut telah menjatuhkan citra Jerman sebagai negara pendukung utama Uni Eropa.
Kelompok Eurosceptic menjadi pihak yang paling diuntungkan. Pendukung Eurosceptic memiliki rentang yang luas, mulai dari sekadar menolak penggunaan mata uang Euro (Soft Euroscepticism) sampai dengan menolak keberadaan Uni Eropa (Hard Euroscepticism). Pendukung Eurosceptic antara lain adalah Presiden Perancis (François Hollande) dan Perdana Menteri Italia (Matteo Renzi).
Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel juga telah lama dikenal sebagai pihak yang mewakili Eurosceptic. AS terkait dengan persaingan antara Dolar dan Euro, sedangkan Israel terkait kebijakan Uni Eropa yang dianggap terlalu memihak Palestina. Sementara Inggris pada 2017 akan menggelar referendum untuk menentukan kembali keanggotaannya di Uni Eropa.
Pihak kepolisian Jerman sendiri sampai saat ini belum mampu menangkap seluruh pelaku serangan. Kebijakan Uni Eropa yang memudahkan lalu lintas barang dan manusia antar negara anggota, telah memudahkan pula sebagian pelaku serangan untuk melarikan diri keluar negara Jerman.
(340)
By Wiji Hartono
h
Beberapa hari ini beredar berita mengenai “Kolonel Israel Ikut Operasi ISIS di Irak,” yaitu Yusi Oulen Shahak. Berita tersebut antara lain terdapat di situs Portal Piyungan, Eramuslim, dan situs Renovasi Negeri.
Namun terdapat beberapa kejanggalan dalam berita tersebut.
Pertama, berita tersebut tidak ditemukan di media-media mainstream yang umumnya lebih ketat dan teliti dalam menerbitkan berita. Mengingat sangat banyak berita hoax yang beredar di dunia maya.
Kedua, berita tersebut ternyata merupakan berita lawas 22 Oktober 2015 yang bersumber dari situs Global Research.
Situs Globalresearch kerap menerbitkan tulisan yang mengandung teori konspirasi, pseudoscience, dan propaganda. Lihat contoh pandangannya yang cenderung menyangkal genosida Bosnia di tulisan Srebrenica.
Ketiga, situs Globalresearch ternyata mendapatkan berita tersebut dari media Iran, yaitu Fars News.
Media Iran memang selalu mengaitkan ISIS dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel. Namun data yang mereka sajikan sering kali merupakan hoax. Lihat lebih perinci dalam Membedah Teori Konspirasi.
Fars News sendiri dikenal sebagai media yang kerap menyajikan berita hoax. Salah satunya adalah berita Alien Nazi yang menyebutkan bahwa pemerintahan AS sejatinya dikendalikan oleh mahluk luar angkasa. Berita tersebut pun dikatakan bersumber dari Snowden.
Keempat, setelah beberapa analis media menanyakan bukti kebenaran berita “Kolonel Israel Ikut Operasi ISIS di Irak,” barulah kemudian muncul foto yang dikatakan sebagai Yusi Oulen Shahak. Namun ternyata terdapat dua versi wajah Yusi Oulen Shahak.
Versi pertama wajah Yusi Oulen Shahak sudah sempat beredar di sosial media. Bentuk lain dari wajah versi pertama ini juga dapat dilihat di situs Renovasi Negeri. Namun ternyata foto dalam meme sosial media tersebut merupakan foto mantan pimpinan IDF, jenderal Benny Gantz.
Versi kedua wajah Yusi Oulen Shahak dapat dilihat di situs ashtarcommandcrew. Namun ternyata wajah tersebut milik Oron Shaul, tentara Israel yang terbunuh di Gaza. Lihat lebih perinci di Observers.
Kelima, pemerintah Irak sendiri tidak pernah mengeluarkan berita tentang “Kolonel Israel Ikut Operasi ISIS di Irak.” Jika berita tersebut benar, seharusnya pemerintah Irak mengeluarkan protes resmi kepada pemerintah Israel.
Apalagi dalam situs Renovasi Negeri disebutkan bahwa ‘Penangkapan kolonel Israel ini akan berdampak serius pada strategi perang Irak, termasuk kemitraan dengan sekutu Israel.’
Sehingga berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, saya pribadi berpendapat bahwa kemungkinan 75% berita tersebut adalah hoax.
Wallahu A’lam
(229)
By Wiji Hartono
Harga minyak dunia mengalami penurunan sejak paruh akhir tahun 2014. Pada 16 Oktober 2014, harga minyak Brent jatuh di bawah $100 menjadi $82.60. Pada 12 Januari 2016, harga minyak Brent sudah berada di kisaran $30.
Negara yang bergantung pada ekspor minyak, serta perusahaan minyak merupakan pihak yang paling merasakan dampak jatuhnya harga minyak.
Sekitar 70% hasil ekspor Rusia berasal dari minyak dan gas. Situs bbc.com pada 19 Januari 2015 menyebutkan bahwa Rusia kehilangan sekitar $2 milyar potensi pendapatan setiap kejatuhan $1 harga minyak. Rusia pun masih harus menghadapi sanksi ekonomi terkait keterlibatannya dalam perang saudara di Ukraina.
Situs Wall Street Journal pada 11 Januari 2016 menyebutkan bahwa lebih dari 30 perusahaan kecil yang terkait dengan industri minyak di Amerika Serikat (AS) telah mengajukan perlindungan kebangkrutan kepada pengadilan.
Sementara perusahaan besar seperti Chevron, Royal Dutch Shell, dan BP, telah mengumumkan akan melakukan efisiensi, baik berupa pemotongan gaji maupun pemecatan.
Situs inilah.com pada 14 Januari 2016 bahkan mengeluarkan berita tentang rencana PT Chevron Pacifik Indonesia (CPI) yang akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya.
AS dan Kanada berhasil memperbarui teknologi pengolahan shale oil (minyak dalam bebatuan) yang membuat biaya produksi menjadi berkurang. Produksi minyak dalam negeri AS dan Kanada pun meningkat, sehingga mengurangi impor dari Arab Saudi, Nigeria, dan Aljazair.
Kehilangan pasar di AS tidak membuat Arab Saudi mengurangi produksi minyaknya. Saudi menurunkan harga minyaknya sehingga dapat menjualnya ke negara-negara Asia. Tetapi memasuki tahun 2015, ekonomi Tiongkok mulai mengalami pelemahan sehingga kebutuhan minyaknya berkurang.
Namun negara-negara OPEC seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tetap tidak mau mengurangi produksi minyaknya. Para pejabat Saudi mengatakan bahwa mereka tidak mau mengurangi produksi yang dapat menaikkan harga minyak. Sebab hal tersebut dapat membuat Saudi kehilangan pangsa pasar yang akan menguntungkan pesaing mereka.
Situs eia.gov mencatat tiga negara penghasil minyak terbesar di dunia pada 2014, yaitu AS (14021 ribu barel per hari), Arab Saudi (11624 ribu barel per hari), dan Rusia (10847 ribu barel per hari).
Ketiga negara tersebut belum mau mengurangi produksi minyaknya sehingga harga minyak tetap tidak merangkak naik. Saudi pada Desember 2015 bahkan telah mengurangi subsidi air, listrik, dan bahan bakar minyak akibat berkurangnya keuntungan dari rendahnya harga minyak.
Saudi menyatakan akan tetap bertahan dengan harga minyak rendah agar AS dan Kanada meninggalkan shale oil yang biaya produksinya lebih mahal daripada biaya produksi minyak biasa. Saudi juga mengatakan bahwa harga minyak rendah akan menyaingi penjualan minyak ISIS yang selama ini dijual dengan harga di bawah pasar.
Namun Saudi juga memiliki alasan lain terkait keengganannya menurunkan produksi minyak, yaitu memukul ekonomi Rusia dan Iran. Jatuhnya harga minyak pada 1986 turut berperan dalam runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Harga minyak dunia pada 1980 berada di atas $35 (saat ini senilai $101) namun kemudian jatuh pada kisaran $27 sampai $10 (saat ini senilai $58 sampai $22) pada 1986.
Pada Maret 2014, Barack Obama mencoba meyakinkan raja Abdullah terkait rencana dicabutnya sanksi ekonomi terhadap Iran. Namun Saudi menentang hal tersebut karena Iran dapat memperoleh tambahan dana untuk misi perluasan pengaruhnya di Timur Tengah.
Habib Al Mulla dalam tulisannya di situs forbes.com memperkirakan bahwa Iran membutuhkan harga minyak pada kisaran $136 agar dapat mengambil manfaat maksimal dari pencabutan sanksi ekonomi. Namun jatuhnya harga minyak akan membuat Iran seolah tidak berbeda dengan saat masih mengalami sanksi ekonomi.
(605)
By Wiji Hartono
Perang kerap dianggap sebagai kegiatan yang memakan biaya besar dan menghabiskan keuangan negara. Namun sejatinya, sebagian besar perang justru terjadi untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Tulisan ini akan membahas contoh peperangan yang mampu mengubah ekonomi suatu negara, dari terpuruk menjadi berjaya.
Sebelum Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam Hijrah, ekonomi Yatsrib/Madinah dikendalikan Yahudi (Qaynuqa, Qurayzha, dan Nadhir). Mereka tidak hanya menguasai pasar dan perdagangan, melainkan juga industri. Kaum Yahudi memiliki keahlian membuat peralatan besi, baik untuk pertanian, alat rumah tangga, maupun alat untuk perang. Yahudi memiliki semangat dan disiplin dalam mengumpulkan harta. Mereka juga terbiasa melakukan monopoli dan riba. Hal ini menjadikan mereka sebagai penguasa modal di Yatsrib.
Kelompok-kelompok Yahudi Yatsrib sering mendukung peperangan yang terjadi antara suku-suku Arab Yatsrib (Aus dan Khazraj). Yahudi meminjamkan uang serta menjual senjata dalam perang tersebut. Namun peperangan tersebut mengakibatkan turunnya produktivitas ekonomi suku-suku Arab Yatsrib. Mereka kehilangan dana, waktu, dan tenaga, tanpa mendapatkan hasil yang berarti. Perang antara suku Arab Yatsrib sebagian besar terjadi karena sebab harga diri dan ashabiyah (fanatisme golongan), tanpa ada faktor produksi (seperti tanah) yang berpindah kepemilikan.
Nabi Muhammad Hijrah ke Yatsrib/Madinah pada 622 M. Kaum Muhajirin umumnya datang ke Madinah tanpa membawa harta yang berarti, sehingga menambah beban ekonomi Madinah. Sebagian Muhajirin kemudian tinggal di salah satu sisi masjid Nabawi (as-Shuffah).
Abu Hurairah menceritakan: “Saya melihat penghuni (ahlu) Shuffah sebanyak tujuh puluh orang. Pakaian yang mereka miliki hanyalah kain penutup bagian bawah dan kain penutup bagian atas yang mereka ikatkan di leher-leher mereka. Sebagian ada yang panjangnya sampai betis, dan ada yang sampai tumit. Sehingga mereka harus memegangi kain penutup itu karena takut jika auratnya terlihat.” [HR al-Bukhârî, Kitâb al-Shalâh, Bâb Naum al-Rijâl fi al-Masjid]
Bukhârî dalam “al-Jâmi’, Kitâb al-Muzara’ah, Bab Idza Qala Ikfini Ma’unatan-Nakhl wa Ghairihi wa Tusyrikuni fi al-Tsamar,” meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa kaum Anshar Madinah sudah menawarkan sebagian tanah mereka untuk kaum Muhajirin, namun Nabi menolak gagasan ini.
Nabi memilih cara lain untuk memberikan nafkah kaum Muhajirin, yaitu dengan membangun pasar sendiri, terpisah dari pasar yang dikuasai Yahudi.
Rasulullah pergi ke pasar Nabith, melihatnya, lalu bersabda, “Bukan ini pasar untuk kalian.” Kemudian beliau pergi ke pasar lain, melihatnya, lalu bersabda, “Bukan ini pasar untuk kalian.” Kemudian beliau kembali ke pasar ini, mengelilinginya, kemudian bersabda, “Ini adalah pasar kalian. Jangan dikurangi (luasnya) dan jangan dibebankan kharaj (pajak) terhadapnya.” [HR Ibn Majah dari Abu Usaid, Kitâb al-Tijârât, Bâb al-Aswâq wa Dukhûluhâ]
Nabi membangun pasar tersebut tanpa menghancurkan pasar lain yang sudah lebih dulu ada. Pasar tersebut hanya berupa lapangan tanpa ada bangunan tetap, dan terutama ditujukan bagi pengusaha pemula. Setiap orang boleh berdagang tanpa dikenakan biaya. Ibnu Syabah dalam “Tarikh al-Madinah” menyebutkan bahwa khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu melihat bangunan tetap (toko permanen) telah berdiri di pasar, maka beliau merobohkannya.
Nabi pun menerapkan kebijakan Ihyâ’ al-Mawât (menghidupkan lahan mati). “Sesiapa yang menghidupkan tanah mati (tak bertuan) maka tanah tersebut menjadi miliknya.” [HR. Abu Dawud dari Sa’id bin Zaid, Kitâb al-Kharâj wa al-Imârah wa al-Fai’, Bâb Fi Ihyâ’ al-Mawât]
Namun Nabi juga menerapkan kebijakan serangan militer sebagai salah satu sumber pendapatan negara Madinah. Serangan militer yang Nabi ikut di dalamnya disebut Ghazwah, sedangkan yang Nabi tidak ikut di dalamnya disebut Sariyah. Nabi bahkan lebih dulu menerapkan kebijakan serangan militer daripada Zakat. Zakat baru diterapkan pada tahun kedua Hijrah. Mubarakfury dalam “Ar-Rahiq al-Makhtum” menyebutkan bahwa Nabi memerintahkan Sariyah pertama kali (dipimpin Hamzah) sekitar tujuh atau sembilan bulan setelah Hijrah.
Sariyah pertama tersebut tidak melibatkan kaum Anshar. Kaum Muhajirin mengejar kafilah dagang kafir Quraisy di al-Is (pesisir Laut Merah). Sariyah tersebut merupakan pembalasan atas penyiksaan yang kafir Quraisy lakukan terhadap kaum Muhajirin saat masih di Mekah. Saat kaum Muhajirin hijrah, harta mereka di Mekah disita kafir Quraisy untuk modal kafilah dagang ke Syam. Sehingga Sariyah tersebut sejatinya untuk mendapatkan kembali harta kaum Muhajirin.
Terdapat sedikitnya 73 Sariyah yang Nabi utus, dan 27 Ghazwah yang Nabi ikuti. Tidak semua Sariyah dan Ghazwah tersebut menjadi pertempuran. Salah satu Ghazwah yang menjadi pertempuran adalah Perang Badar (624 M / 2 H). Sedangkan contoh Ghazwah yang berhasil mendatangkan banyak aset ekonomi adalah Perang Khaibar (7 H). Nabi menyerang Khaibar sebagai hukuman atas bantuan Yahudi Khaibar terhadap Yahudi Bani Nadhir saat terjadi Perang Bani Nadhir (4 H). Mubarakfury dalam “Ar-Rahiq al-Makhtum” menyebutkan bahwa Perang Bani Nadhir terjadi karena Yahudi Bani Nadhir melakukan percobaan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad.
Setelah dikalahkan, Yahudi Khaibar memohon kepada Nabi agar diizinkan mengelola pertanian Khaibar dengan perjanjian bagi hasil. Kekalahan Yahudi Khaibar juga membuat gentar Yahudi di sekitarnya. Yahudi Fadak menyerah tanpa perlawanan, dan menyerahkan separuh hasil buminya sebagai fa’i (rampasan perang yang diperoleh tanpa pertempuran). Yahudi Taima’ juga meminta berdamai, dan memberikan jizyah.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, serangan militer yang mereka lakukan telah menimbulkan gelombang hijrah bangsa Arab, termasuk Arab Badui, ke wilayah-wilayah penaklukkan. Sebagian Arab Badui kemudian meninggalkan pola hidup nomaden. Mereka mengelola aset ekonomi di wilayah penaklukkan. Gelombang hijrah bangsa Arab sangat berperan dalam dakwah Islam terhadap bangsa-bangsa non-Arab di wilayah penaklukkan. Bangsa-bangsa non-Arab kemudian turut melahirkan ulama-ulama besar Islam. Mengenai ulama besar Islam dari bangsa Persia, lihat kembali Keilmuan Bangsa Persia.
Serangan militer di masa Khulafaur Rasyidin juga telah melahirkan kota-kota baru, seperti Basrah (636 M) dan Kufah (639 M). Kota-kota baru tersebut bermula dari garnisun militer, yaitu perkemahan pasukan yang bertugas untuk mengawasi perbatasan atau wilayah musuh. Perkemahan tersebut kemudian berkembang menjadi pemukiman yang menghidupkan lahan mati dan potensi ekonomi di wilayah sekitarnya.
Sebelum Perang Dunia II (1939 – 1945), Amerika Serikat (AS) sedang terpuruk dalam Depresi Besar 1929 – 1939. Depresi Besar merupakan penurunan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan, jangka panjang, dan meliputi banyak negara. Depresi Besar tersebut bermula di AS, setelah jatuhnya harga saham pada September – Oktober 1929.
Kimberly Amadeo dalam tulisannya tentang “Black Tuesday” di situs about.com, menyebutkan bahwa antara 24 Oktober 1929 (Black Thursday) sampai 29 Oktober 1929 (Black Tuesday), pasar saham AS jatuh hingga 25%. Jumlah uang yang hangus mencapai $30 miliar. Jumlah tersebut lebih besar dari dana yang AS habiskan dalam Perang Dunia I. Pada 13 November 1929, uang yang hangus dalam pasar saham sudah mencapai lebih dari $100 miliar (saat ini bernilai $1,3 triliun).
Perbankan berusaha memulihkan keadaan dengan cara membeli banyak saham. Namun para investor/pemodal besar malah menjual saham mereka agar uangnya dapat digunakan membeli emas, sehingga perbankan turut merugi. Masyarakat pun segera menarik uang mereka dari bank. Namun bank tidak memiliki uang tunai yang cukup sehingga mereka hanya memberi sepuluh sen untuk setiap satu dolar tabungan.
Federal Reserve (bank sentral AS) kemudian menaikkan suku bunga agar masyarakat kembali menyimpan uangnya di bank. Namun kenaikkan suku bunga tersebut membuat pengusaha kesulitan membayar utangnya di bank. Pengusaha pun mulai melakukan pemecatan sehingga jumlah pengangguran di AS bertambah menjadi 25%. Daya beli masyarakat menurun, harga-harga ikut jatuh, dan banyak pabrik tidak lagi mendapat permintaan produksi.
Presiden Franklin D. Roosevelt pada 1933 mengeluarkan kebijakan New Deal untuk memulihkan ekonomi. Program tersebut antara lain meliputi pembangunan infrastruktur (prasarana), seperti jalan, bendungan, sekolah, rumah sakit, bandar udara, dan jembatan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk menyerap tenaga kerja serta mempermudah lalu lintas barang dan manusia. Namun ekonomi AS belum membaik sebagaimana sebelum 1929.
Kenaikan GDP (Gross Domestic Product) AS dimulai pada 1938. Christina D. Romer dalam tulisannya “What Ended the Great Depression” di Journal of Economic History menyebutkan bahwa pertumbuhan tersebut dipicu masuknya emas dari Eropa. Pada 1938, Jerman menduduki Austria tanpa perlawanan. Para pemilik modal di Eropa mengetahui bahwa perang besar akan terjadi. Mereka pun memindahkan investasinya (terutama dalam bentuk emas) ke AS. Investasi tersebut memberikan modal bagi pemerintah dan pengusaha AS untuk kembali menggerakkan roda ekonomi. Namun penggerak ekonomi AS yang terbesar adalah masuknya AS dalam Perang Dunia II.
Pada Maret 1941, AS mengeluarkan kebijakan Lend-Lease, yaitu memberi pinjaman berupa makanan, minyak, dan perlengkapan perang lainnya kepada Perancis, Inggris, Tiongkok, Uni Soviet, dan beberapa negara sekutunya. Pinjaman tersebut mengakhiri prinsip netralitas (tidak memihak) yang telah AS nyatakan sejak 1935. Jepang, Jerman, dan Italia kemudian menyatakan perang terhadap AS. AS pun terlibat langsung dalam Perang Dunia II pada Desember 1941.
Perang telah menyerap banyak tenaga kerja, baik sebagai angkatan perang maupun sebagai pekerja pabrik penyedia perlengkapan perang. Biro Sensus AS mencatat bahwa pada 1944 angka pengangguran hanya mencapai 1,2%. Pabrik-pabrik pun memperoleh banyak pekerjaan turunan yang terkait dengan perang, sehingga peningkatan produktivitas industri AS mencapai 96%. Hasil pertanian AS turut mengalir deras ke luar negeri. Petani gandum di Kansas, Oklahoma, dan Texas mendapat kenaikan laba dari $558 pada 1939 menjadi $6.700 pada 1945.
Kementerian Keuangan AS juga berhasil mengumpulkan dana masyarakat melalui surat utang (war bonds). Surat utang tersebut memiliki waktu jatuh tempo sepuluh tahun dengan bunga tahunan sebesar 2,9%. Saat penjualan surat utang terakhir pada 1946, sebanyak 85 juta orang Amerika telah membelinya sehingga terhimpun dana lebih dari $185 milyar.
Perang telah menimbulkan kerusakan di Eropa, sementara AS tidak mengalaminya. AS pun leluasa memberikan pinjaman pasca perang kepada Jepang serta negara-negara Eropa Barat untuk memulihkan infrastruktur mereka. Negara-negara penerima pinjaman juga menjadi pasar ekspor bagi barang-barang AS. Bahkan sebelum Perang Dunia II berakhir, AS sudah menyelenggarakan Konferensi Bretton Woods pada 1944 untuk merancang peta ekonomi dunia pasca perang. Konferensi tersebut kemudian melahirkan IMF dan Bank Dunia.
Perang dapat memberi manfaat ekonomi jika pihak pemenang mampu mengambil alih faktor produksi dari pihak yang kalah. Faktor produksi tersebut antara lain meliputi sumber daya alam, manusia, serta modal. Contohnya seperti negara Madinah yang mendapatkan sumber daya alam berupa tanah subur di Khaibar. Sumber daya alam juga dapat berupa sumber bahan tambang, serta wilayah yang strategis untuk perdagangan.
Pada Perang Dunia II, AS mendapatkan faktor produksi berupa manusia dan modal. Antara 1942 dan 1946, sekitar 425.000 tawanan perang Italia dan Jerman digunakan sebagai buruh tani dan pekerja pabrik di AS. Di Michigan, tawanan perang menghasilkan lebih dari sepertiga hasil pertanian dan pengolahan makanan pada 1944. AS juga menjalankan Operasi Paperclip (1949 – 1990) yang berhasil membawa lebih dari 1.500 ilmuwan Jerman untuk masuk dan bekerja pada AS.
Modal sebagai faktor produksi dapat berupa uang serta teknologi (peralatan dan hak paten). Sedangkan penguasaan modal oleh AS terutama melalui pinjaman uang serta ditetapkannya dolar AS sebagai acuan mata uang internasional. Saat pelaksanaan Konferensi Bretton Woods, AS sudah mengendalikan sekitar dua pertiga emas dunia. AS kemudian menyatakan bahwa setiap dolar yang dicetak akan mendapat jaminan emas, dengan nilai 1 ons emas per pencetakan $35.
Namun seiring berjalannya waktu, dolar yang dicetak semakin banyak melebihi jumlah emas yang AS miliki. Sehingga pada 1971, presiden Richard Nixon menetapkan bahwa dolar tak dapat ditukar secara langsung dengan emas, kecuali dalam transaksi di pasar terbuka. Sejak 1973, dolar tidak lagi dihargai dengan nilai tetap terhadap emas, melainkan secara mengambang dan fluktuatif (naik-turun). Namun dolar AS sudah mapan menjadi acuan mata uang internasional, sehingga banyak negara tetap menggunakannya dalam transaksi perdagangan internasional.
Pelipatgandaan modal juga dialami perusahaan lintas negara atau TNC (transnational corporation) AS. Selain memiliki dolar berlimpah, mereka juga tidak mengalami kerusakan sarana dan prasarana dibanding perusahaan pesaingnya di Eropa. Bahkan saat Perang Dunia II, beberapa perusahaan AS sudah mengambil keuntungan melalui kerja sama dengan Jerman. Seperti Ford yang menjual kendaraan untuk Jerman, Chase Bank (milik Rockefeller dan Morgan) yang mengelola keuangan Jerman di daerah pendudukannya, serta Standard Oil yang menjual minyak untuk Jerman. Mengenai Standard Oil, lihat kembali Sejarah Arab Saudi dan Nasionalisasi Aramco.
Faktor produksi juga menjadi sebab yang penting untuk memenangkan perang. Saat Perang Dunia II, AS dan sekutunya memiliki sumber daya alam yang lebih banyak daripada Jerman dan sekutunya. Jumlah penduduk AS juga lebih banyak daripada jumlah penduduk Jerman. Kantor Statistik Federal Jerman mencatat bahwa jumlah rata-rata penduduk Jerman pada 1939 – 1943 adalah sekitar 69 – 70 juta jiwa. Sedangkan Biro Sensus AS mencatat bahwa jumlah penduduk AS pada 1940 mencapai lebih dari 132 juta jiwa.
AS juga unggul dalam jumlah kepemilikan emas, baik yang telah mereka kumpulkan sebelum Perang Dunia II, maupun yang berasal dari Eropa menjelang dan saat terjadinya Perang Dunia II. Sedangkan Jerman tidak banyak memiliki emas setelah kekalahan mereka dalam Perang Dunia I. Jerman lebih banyak mendapatkan emas melalui perampasan di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya saat Perang Dunia II.
Sementara dalam hal teknologi, Jerman telah mengembangkan senapan serbu pertama di dunia (Sturmgewehr 44), rudal jelajah pertama di dunia (Vergeltungswaffe 1), serta pesawat tempur bertenaga jet pertama di dunia (Messerschmitt Me 262). Pasukan Panzer Jerman juga sangat ditakuti dalam Perang Dunia II. Sedangkan AS dan sekutunya lebih mengandalkan jumlah perangkat tempur. Senjata baru yang dikembangkan AS adalah bom atom, walaupun pembelahan nuklir pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Jerman, yaitu Otto Hahn dan Fritz Strassmann pada 1938.
Modal perang yang paling penting adalah manusia. Pasukan Islam di masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin, mampu mengalahkan Romawi dan Persia yang lebih kaya dan maju teknologinya. Kekuatan pasukan Islam saat itu berasal dari akidah yang bersih, sehingga mereka mampu bertempur dengan penuh keberanian. Pola pikir jernih tanpa terkotori bid’ah juga menyebabkan mereka mampu beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi musuh. Mengenai pengaruh bid’ah terhadap matinya inovasi, lihat kembali Bid’ah dan Kemunduran Turki Utsmani.
Namun pasukan Islam tetap melakukan penaklukkan secara bertahap. Mereka belum menyerang negara Romawi dan Persia di masa Nabi Muhammad. Penaklukkan terhadap kedua negara tersebut baru dilakukan di masa Khulafaur Rasyidin, setelah faktor-faktor produksi di semenanjung Arab sudah dapat digunakan untuk mendukung gerak penaklukkan.
(702)