Koalisi pimpinan Arab Saudi bertanggung jawab atas kematian puluhan anak sejak musim panas lalu dalam konflik melawan pasukan pemberontak Houthi di Yaman, Aljazeera melaporkan (03/02/2018).
Laporan dari PBB (19/01/2018) mencatat bahwa sebanyak 68 anak terbunuh dan 36 lainnya mengalami luka-luka dari Juli hingga September 2017. Setidaknya ada 20 serangan koalisi setiap hari – beberapa menargetkan sekolah dan rumah.
Arab Saudi, bersama dengan beberapa negara Arab lainnya, meluncurkan sebuah kampanye militer pada tahun 2015 yang bertujuan untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas negara setelah dikuasai oleh pihak pemberontak Houthi termasuk ibukota, Sanaa, pada tahun 2014.
Intervensi yang dipimpin oleh Saudi pada awalnya terdiri dari sebuah kampanye pengeboman dan kemudian melihat sebuah blokade angkatan laut dan penempatan pasukan darat ke Yaman.
Koalisi tersebut mengatakan bahwa pihaknya menyerang posisi pemberontak Houthi sebagai tanggapan atas permintaan dari pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.
Selain koalisi tersebut, PBB juga melaporkan sebanyak 18 anak terbunuh dan 29 lainnya luka-luka dalam serangan yang dilancarkan oleh pasukan Houthi sejak musim panas lalu, dan perekrutan anak-anak untuk berperang telah meningkat, terutama oleh Houthi dan Tentara Nasional Yaman.
PBB menggambarkan situasi di Yaman sebagai “krisis kemanusiaan buatan manusia terburuk” di dunia, dengan konflik yang sedang berlangsung membuat situasi semakin buruk.
Shabia Mantoo, juru bicara badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan ribuan orang di Yaman sangat membutuhkan bantuan.
“Ini tidak hanya mempengaruhi anak-anak, ini mempengaruhi semua orang, ini mempengaruhi 75 persen populasi, jadi kekhawatiran kita adalah selama konflik ini berlanjut, kita akan melihat lebih banyak korban. Kita juga akan melihat Kebutuhan kemanusiaan juga meningkat.
“Jadi, anak-anak, perempuan, orang tua, orang-orang dengan kerentanan tertentu, mereka paling menderita di Yaman saat ini,” kata Mantoo.
Menurut UNICEF, lebih dari 5.000 anak-anak terbunuh atau terluka dalam perang – rata-rata lima anak setiap hari – sejak konflik meningkat pada bulan Maret 2015.
UNICEF juga mengatakan bahwa lebih dari 11 juta anak-anak membutuhkan bantuan kemanusiaan dan hampir 2 juta anak-anak menderita kekurangan gizi akut.
Selain wabah kolera besar-besaran, Yaman juga telah melihat wabah difteri dalam beberapa bulan terakhir.
Suze van Meegen, juru bicara Norwegian Refugee Council (NRC) di Yaman, mengatakan sudah saatnya masyarakat internasional bangun menghadapi situasi kemanusiaan di negara tersebut.
“Sungguh mengherankan bagi saya bahwa kita memiliki DK PBB yang belum berkomentar mengenai Yaman, sekarang lebih dari tujuh bulan. Skala penderitaan di Yaman tidak ada bandingannya, kita memiliki 22 juta orang yang membutuhkan.
“Kami berbicara dengan keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka karena kekerasan dan membangun rumah dari kantong plastik. Orang tidak cukup makan, mereka terpaksa makan apa saja yang bisa mereka temukan.
“Penderitaan semacam ini tidak dapat dimaafkan, dan kami sangat ingin melihat beberapa tindakan yang diambil dari AS, Inggris dan DK PBB,”.
(38)