
Kelompok Muslim Dialektis (KEMUDI) dan Alumni Formasi FIB UI mengadakan diskusi dengan tema “Konflik Qatar: Apa dan Bagaimana ke Depannya?”.
Acara dilangsungkan pada hari Ahad, 18 Juni 2017, pukul 16.00-18.00 WIB, bertempat di Bikun Coffee – Universitas Indonesia.
Bertindak sebagai pembicara pertama, Muhammad Zulifan (Pengamat Timteng dan CEO duniatimteng.id), serta pembicara kedua Wiji Hartono (Pengamat Politik Amerika dan Timur Tengah).

Link Facebook Live:
1. Sesi I: Muhammad Zulifan
2. Sesi II: Wiji Hartono
Berikut ringkasan diskusi tersebut:
1. Muhammad Zulifan
Beberapa fakta tentang Qatar:
– Qatar adalah negara paling makmur dibanding negara arab lainnya, bahkan Arab Saudi dan UEA.
– Penduduk asli hanya 300.000 dari total 2,6 juta orang. Punya cadangan energi yang terbanyak salah satunya (6 terbesar), minyak bumi dan gas alam.
Saudi merasa terancam dengan kekuatan Iran (syiah), selalu mengampanyekan bahwa Iran ini berbahaya. Justifikasi bahwa klaim bahwa syiah ini sesat, maka harus diperangi. Ada perang proxy antara Iran dan arab, selalu mengampanyekan bahwa semua gerakan Iran itu berbagaya.
Bicara timteng, tidak bisa menafikan peran-peran negara lain: Amerika dan Rusia, lebih-lebih Amerika. Hubungan Saudi dan Amerika sudah lama, yang mengeksploitasi semua minyaknya, Saudi Aramco (tidak bisa dipisahkan, antara Arab Saudi dan Amerika).
Pangkalan Amerika terbesar itu ada di Qatar (al-Odeid) dengan 20.000 personil.
Leluconnya, Amerika itu punya 50 negara federal, arab menjadi Negara federal ke-21nya. Perjanjian U$ 1,4 M.
Baca juga: Membuat Takluk Qatar di Teluk
Aksi boikot yang terjadi sekarang, Qatar News Agency, emir Qatar yang sekarang, syeikh tamim ini berbicara secara implisit berbicara tentang kenapa kita harus bergelut dengan Iran, pembicaraan ini didengar oleh Arab Saudi dan dianggap sebagai ancaman serius. Qatar dalam hal ini, melalui politik luar negeri, banyak melakukan mediasi. Dari sikap Qatar, yang tidak mendukung stabilitas kawasan, maka terjadilah kondisi sekarang. Dubes Arab Saudi , think-tank Israel, jangan sampai pertemuan dengan hamas dan pm turki.
Syarat yang diajukan Arab saudi beserta sekutunya kepada Qatar agar blokade dihentikan:
-Pemutusan dengan organisasi yang dianggap teroris (IM)
-Penghentian siaran Al-Jazeera
Muncul individu yang dianggap teroris (Ketua persatuan ulama eropa, Yusuf Qardhawy), muncul lembaga yang masuk-masuk list organisasi teroris, termasuk yang paling besar adalah Qatar charity. Alasan Arab Saudi membuat list ini adalah untuk melegitimasi upaya pemboikotan.
Mengapa Saudi menjadikan isu organisasi teroris untuk memblokade Qatar, semua kepentingan: membasmi gerakan radikal dan organisasi teroris di kawasan, termasuk memblokade siaran Al-Jazeera yang selalu mengkritisi kebijakan Arab Saudi. UEA juga punya sejarah anti Ikhwanul Muslimin (IM), Bahrain hanya ikut Saudi, Yaman juga ikut Saudi, negara lainnya pun juga hanya ikut-ikut saja.
Apa yang menjadikan Saudi melakukan blokade terhadap Qatar?
Jelas kepentingannya karena tadinya isunya cuman 2 kekuatan syiah dan kekuatan sunni, koalisi 34 negara sunni (raja salman dan para emir), tidak lagi sunni dan syiah, ada poros Iran-turki-rusia, ada poros yang dikomandoi Arab Saudi.
Kenapa harus ada aksi pemboikotan? Qatar hidup di suatu kawasan tapi beda sendiri dari kebijakan kawasan, menjadi ancaman terhadap status quo. Syeikh tamim umurnya sekitar 37 tahun, sedangkan raja salman sudah 82 tahun, termasuk emir-emir yang lain sudah tua. Oleh karena itu, emir banyak melakukan terobosan perubahan.
Syeikh Khalifa dulu masih dalam bayang-bayang, 1940-an menemukan minyak, sampai tahun 2000an belum progresif geraknya, baru setelahnya pas dipimpin oleh ayah dari Syeikh Tamim, Qatar yang agak ‘nakal’ menjadi ancaman. IM ini menawarkan perubahan dan demokrasi, sebagaimana Arab Springs, yang ditawarkan adalah kebebasan dan demokrasi.
Amerika meskipun mengampanyekan demokrasi tapi, tidak berani berkata seperti ini ke raja Salman. Maka dari itu, Amerika menerapkan politik dua kaki dalam berhubungan dengan kepentingan politik. IM sangat dibenci oleh Amerika, padahal yang mengampanyekan demokrasi adalah IM, untuk menegakkan demokrasi di timur tengah.
Kecemburuan ekonomi, Qatar (Syeikh Ahmad) banyak melakukan terobosan-terobosan ekonomi, jadi markas banyak gerakan-gerakan Islam. Amerika, kebijakan Donald trump, dengan Pentagon, Trump mengininkan segera ekspansi timteng, akibatnya kebijakannya akan berbeda karena pentagon masih terbawa oleh pemerintah yang sebelumnya.
Ada lobi-lobi yahudi, zionis, Amerika, Saudi, punya kepentingan yang sama yaitu membendung IM (Saudi: semangat demokrasi, Amerika: ideologinya Islam, zionis: ada hamas)
Skenario ke Depan?
– Bisa jadi Negara teluk memperpanjang blokade terhadap Qatar -> sambil melakukan lobi-lobi [Ini paling mungkin]
– Merakayasa pergantian rezim di Qatar dengan agen-agen mereka
– Intervensi militer, agak sulit karena ada turki yang memiliki persenjataan cukup kuat
2. Wiji Hartono
Fakta tentang Qatar:
Qatar, bisa disebut sebagai negara monarki konstitusional karena memiliki Majelis Syuro dimana sebagian besar anggotanya dipilih melalui pemilu yang akan berlangsung pada 2019. Namun karena hal tersebut belum terjadi, banyak orang sering menyebut Qatar sebagai negara monarki absolut.
Banyak pekerja migran. Cadangan gas alam ((1) Rusia, (2) Iran, (3) Qatar, (5) Arab), makanya alasan konflik bukan karena gas alam.
Anggota liga arab (heterogen), GCC, OPEC.
Hubungan dagang dengan Israel sejak 1996 (lebih welcome Qatar daripada Arab, bangun Doha Stadium). Sikap Qatar kepada Israel digunakan untuk lobi-lobi, Qatar secara geografis tergolong negara ‘kecil’ makanya mau menjadi mediator dan gerak melalui jalur-jalur media (soft diplomacy media). Bekerjasama dengan Iran mengelola lapangan gas terbesar di dunia.
Tahun 2002 Saudi sudah pernah menarik dubesnya, karena Al-Jazeera mengkritik kebijakan Arab Saudi. Kedua pihak akhirnya menyepakati bahwa Al-Jazeera harus memperhalus bahasa kritiknya untuk melakukan memperbaik hubungan diplomatik kedua Negara tersebut.
2014: UEA, Arab dan Bahrain menarik dubesnya, selesai 9, anggota-anggota IM keluar dari Qatar, salah satunya Qardhawy.
2015: Bersama Mesir, ISIS memenggal 21 kristen koptik di Libya (dibagi 2 faksi: faksi yang didukung Turki-Qatar, 2014 (Raja Abdullah) faksi yang didukung oleh UEA, Arab, Mesir, dua faksi ini, ISIS hanya kecil), Mesir melancarkan serangan udara ke Libya, Al-Jazeera melaporkan, serangan Mesir mainnya terang-terangan bukan lagi proxy war, Mesir lapor ke GCC kalau Qatar mendukung ISIS, meskipun saat itu oleh GCC tidak digubris laporan Mesir tersebut.
Tahun 2015 ada bangsawan Qatar yang berburu elang di Irak selatan, diculik oleh milisi Iran. Qatar pada 2017 sepakat untuk menebus 26 orang (U$ 200 jt).
Qatar menjadi mediator muslim syiah dan sunni di Suriah, Qatar membayar Tahrir Asy-Syam (Al-Qaeda-nya Suriah), namun Arab Saudi protes. KTT Riyadh (20-22 Mei). Ketika terjadi pemutusan hubungan diplomatik pada tanggal 5 Juni kemarin, Trump nge-tweet mendukung langkah tersebut, jangan ada lagi pendanaan kepada kelompok-kelompok radikal, Qatar dibilang pendukung kelompok teroris.
5-6 Juni 2017: alasan formal, karena Qatar mencampuri urusan dalam negeri ke-4 negara tersebut (Al-Jazeera), mendanai kelompok teroris, bersahabat dengan Iran (punya lapangan gas yang dikelola bersama). 1950 dan 1960an, Arab Saudi ingin membuka sekolah umum, namun orang Arab Saudi tidak paham aksaran latin dan di sisi lainnya orang IM biasa membaca aksara latin (IM kabur dari Mesir yang saat itu sedang marak penyiksaan kepada orang-orang IM, maka orang-orang IM yang memang terkenal intelek dan bisa membaca serta menulis aksara latin dijadikan guru di sekolah publik).
Kapan mulai terjadi cekcok antara Saudi dan IM? Saat Perang Teluk, Saudi merasa IM tidak tahu diri pada sudah dilindungi dan dipekerjakan, WAMY (1972, markas di Riyadh), perpanjangan tangan IM untuk mempropagandakan Islam ke Eropa. Di Irak, bahkan IM juga disiksa. Saddam Hussein (Iran) menyiksa IM, padahal retorikanya bagus, jago pencitraan dsb.
Krisis Diplomatik
Yang membedakan dengan blokade-blokade yang pernah terjadi sebelumnya? Pada konflik Qatar pada tahun 2017 ini, Saudi dan UEA sampai mengajak negara-negara Afrika untuk mendukung upaya blokade, padahal sebelumnya tidak pernah.
Ada 10 Negara timteng yang memutuskan hubungan diplomatik (di antaranya Yaman, Mauritaniea, Mesir, Bahrain, Arab, UEA dsb), dan di lain pihak juga ada beberapa Negara yang mendukung upaya jalur damai (di luar Timteng juga ada).
Menlu Arab Saudi (13 Juni), tidak ingin mengisolasi sebenarnya, kalau sampai terjadi tindak militer, Arab Saudi siap untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Faktor Manifes : Adanya dukungan Qatar terhadap kelompok radikal, Al-Jazeera, kerjasama serta kedekatan dengan Iran
Faktor Laten : persaingan antara Muhammed bin Salman dan Muhammed bin Nayef. Dengan Mentor: Muhammad bin Said [penguasa de facto UEA, benci banget sama IM], Muhammad bin Salman terbuka tapi sedikit liberal.
Raja Salman takut, Trump datang pasti akan dikomporin soal pendanaan kelompok-kelompok radikal di suriah. Saat kampanye Pilpres Amerika 2016 lalu, email Hilary Clinton sempat diretas dan ada salah satu email masuk yang menyatakan bahwa Hilary percaya bahwa Saudi sama Qatar sama-sama memberikan pendaan pada kelompok-kelompok radikal di Suriah.
Bukan masalah IM saja karena secara riil, kekuatan IM di Timteng sudah mulai lemah, Muhammad bin Salman lagi di titik tertinggi ambisi-ambisinya, Tamim juga muda, punya keinginan untuk menggantikan Muhammed bin Nayef. Updater terakhir sekarang Saudi sedang membuat daftar keluhan, harapannya bisa berakhir tanpa tindak militer.
—————————————–
*Disadur dari notulensi KEMUDI.
(598)
Komentar Facebook
loading...
Loading...