Beberapa hari yang lalu, media Aljazeera yang berada di bawah pemerintahan Qatar mengeluarkan sebuah episode yang tak biasa dalam Podcast “Rumooz” yang membuat netizen Arab geram. Podcast Rumooz (رموز) sendiri yang dalam bahasa Arab berarti “ikon” merupakan sebuah media nonstreaming yang mendeskripsikan tentang tokoh-tokoh terkemuka Arab dan Islam seperti Yasser Arafat, Muhammad Mursi, Kahlil Gibran, Nazir Kubbani, dan lain-lainnya yang dapat didengar melalui berbagai platform seperti Spotify, soundcloud, dan lain sebagainya. Namun dalam episode terbarunya, podcast tersebut menjunjung tinggi tokoh perwira kebanggaan masyarakat Iran Qasem Soleimani yang pada 3 Januari 2020 tewas di Bagdad dalam serangan yang dilakukan oleh AS.
Seperti yang kita ketahui, Qasem Soleimani merupakan mantan komandan pasukan Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) yang memiliki rekam jejak yang buruk di wilayah Timur Tengah. Mengutip dari Republika dan beberapa media Arab seperti Al-Ain, Asy-Syarq Awsat, dan Sky News Arabia, Qasem Soleimani telah memperluas pengaruhnya di Irak dan Suriah sejak 2011. Dialah orang yang berada di belakang Bashar Al-Assad dan mempunyai andil besar dalam menyelamatkan kekuasaan Assad ketika Free Syrian Army mulai menggedor gerbang Kota Damaskus. Suleimani menghimpun semua milisi Syiah dan membantu militer Suriah dalam mempertahankan pemerintahan sehingga meninggalkan jejak berdarah dan kehancuran bagi warga sipil. Dia juga berperan mendanai dan melatih kelompok teroris di Lebanon, Yaman, dan Irak sehingga tak heran dia dan pasukan yang dipimpinnya di labeli sebagai teroris sejak 2011.
Namun, pada podcast Rumooz kali ini menampilkan gambaran yang berbeda. Qasem Soleimani digambarkan sebagai sosok martir yang mujahid membela Islam, tentara yang mendedikasikan hidupnya untuk Islam. Bahkan dalam sebuah video animasi yang diunggah Aljazeera Podcast mengatakan:
أنا قاسم سليماني، الجندي الذي كرس حياته لخدمة الإسلام والثورة الإسلامية وعزتها وكرامتها.. انا سليماني, الجندي المجاهد في سبيل الله, الاسم الذي يهابه الشيطان الأكبر والعدو الصهيوني, ويخشاه عملاء مشروع الاستكبار في منطقتنا. أيا كان منصبي لست أكثر من جندي من جنود الثورة الاسلامية, جندي أحمد الله أنه طهر قلبي من حب الدنيا. ورزقني أسمي منايا وهي شهادة في سبيله.
Jika diterjemahkan kalimatnya akan seperti ini: “Akulah Soleimani, prajurit yang berjihad di jalan Allah, komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Islam, nama yang ditakuti oleh setan besar (AS) dan musuh Zionis, serta ditakuti pula oleh para antek kaum mustakbirin di kawasan kita. Apapun pangkatku, aku tidaklah lebih dari seorang prajurit revolusi Islam. Ya, prajurit, dan segala puji bagi Allah yang telah menyucikan hatiku dari kecintaan kepada dunia, dan telah memberiku anugerah tertinggi berupa kesyahidan di jalan Allah.”
Video tersebut sempat beredar kemudian dihapus oleh Aljazeera karena dikecam oleh orang-orang Arab. Berikut cuplikan video tersebut yang diambil dari channel Al Arabiya melalui https://www.youtube.com/watch?v=t3IoIUlqhbg .
Akibatnya, berbagai kritikan pedas dan kecaman pun muncul dari netizen Arab. Di Facebook, seorang aktivis anti-pemerintah Suriah, Mohammad Sabra, mengecam konten tersebut dengan menyatakan, “Al-Jazeera Podcast telah berubah menjadi sekedar salah cabang media perang milisi teroris IRGC dengan memuji penjahat dan teroris Qasem Soleimani, pembunuh anak anak-anak kecil di Suriah dan Irak.” Selain itu, seorang penulis dari Kuwait Mohamed Ahmed Al-Mulla mengatakan Al-Jazeera menggambarkan teroris Qasem Soleimani sebagai simbol, dan episode podcast dibuat untuknya dan kemudian dipindai. Dia menambahkan bahwa Aljazeera tidak memiliki kualitas Arabisme yang otentik.
Menangapi hal tersebut, jurnalis Saudi Malik Al-Rouqi mengatakan Qasem Soleimani adalah pembunuh orang-orang Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon, ia adalah simbol bagi Al-Jazeera. Sementara akademisi Kuwait, Ahmed Al-Dhaidi, ia meminta Al-Jazeera untuk meminta maaf kepada pemirsanya atas tindakan yang tidak profesional tersebut. Ia menyebut bagaimana sebuah saluran bisa memuliakan seorang penjahat yang membunuh ratusan ribu muslim di Suriah, Irak, dan Yaman.
Menurut penulis sendiri, narasi yang diucapkan oleh pengisi suara dalam video tersebut jelas merupakan sebuah dukungan dan penghormatan kepada sosok Qasem Soleimani dan juga Iran. Seperti yang kita ketahui, Qatar pernah diblokade oleh Arab Saudi, Bahrain, UEA, dan Mesir karena dituduh mendukung dan mendanai terorisme. Hingga kini, hubungan antarnegara tersebut belum menunjukkan keharmonisan, terlebih antara Arab Saudi dan Qatar. Apalagi saat ini Qatar terlibat dengan Iran dalam perang di Yaman. Selain itu, diksi yang dipakai untuk menggambarkan sosok Qasem Soleimani bermakna provokatif yang cenderung ingin mencari perhatian dari massa atau masyarakat Arab sendiri. Lebih-lebih terdapat kata الشيطان الأكبر (setan yang besar) tidak lain yang dimaksud adalah AS. Secara semantik, kata “Asy-Syaithan” dalam kamus Al-Qamus Al-Muhith dan Al-Mu’jam Al-Wasith berasal dari derivasi akar kata “syathana” yang bermakna “bau’da ‘anil haq”, berarti jauh dari kebenaran sejati, bisa juga bermakna sesuatu yang buruk atau tipu daya, yang kemudian diikuti dengan bentuk adjektif “al-akbar” yang berarti paling besar, sehingga dalam konteks ini kedua kata tersebut memiliki makna yang negatif.
(134)