Catatan tertua yang menyebutkan keberadaan Injil Barnabas adalah “Decretum Gelasianum” (sekitar abad ke-6 M) serta Katálogos Ton Exínta Vivlía (sekitar abad ke-7 M). Kedua sumber tersebut memasukkan Injil Barnabas dalam daftar kitab apokrif.
Kitab apokrif merupakan kitab-kitab Kristen yang tidak dianggap sebagai bagian dari Kitab Suci (Kanon). Dimasukkannya Injil Barnabas dalam daftar kitab apokrif dikarenakan kalangan gereja meragukan keaslian kitab tersebut.
Barnabas (wafat sekitar 61 M) sendiri adalah seorang Yahudi yang kemudian masuk ke dalam agama Kristen. Barnabas bersama Paulus (sekitar 3 – 67 M) banyak menyebarkan ajaran Kristen kepada orang-orang non-Yahudi.
Terdapat dua naskah Injil Barnabas yang berhasil ditemukan, yaitu naskah berbahasa Italia milik pangeran Eugene of Savoy (1663 – 1736 M), serta naskah berbahasa Spanyol milik George Holme (1676 – 1765 M).
Naskah milik pangeran Eugene diduga berasal dari Giovanni Michele Bruto (1517 – 1592 M) yang telah mengumpulkan naskah-naskah dari Hungaria dan Transylvania. Sedangkan naskah milik George Holme diduga didapatkan saat ia menjadi pendeta di pabrik milik Inggris di Aljazair.
Injil Barnabas yang saat ini beredar umumnya berasal dari naskah milik pangeran Eugene. Sementara naskah milik George Holme telah hilang, namun salinannya ditemukan pada 1970-an di perpustakaan Fisher (University of Sydney) di antara koleksi buku milik Sir Charles Nicholson.
Beberapa peneliti, seperti Mikel de Epalza dan Emilio Garcia Gomez, berpendapat bahwa Injil Barnabas ditulis oleh kalangan Morisco, yaitu orang-orang Islam yang dipaksa masuk agama Kristen setelah jatuhnya Granada pada 1492 M.
Sementara peneliti lainnya, seperti Luigi Cirillo dan Michel Fremaux, berpendapat bahwa Injil Barnabas ditulis oleh kalangan Unitarian, yaitu orang-orang Kristen yang menolak doktrin Trinitas (Tuhan adalah zat yang esa, namun hadir dalam tiga pribadi).
Pokok ajaran Unitarian memiliki kesamaan dengan kaum Ebionites (abad ke-1 M). Kaum Ebionites meyakini bahwa Tuhan adalah zat yang esa, Jesus (nabi Isa) sebagai juru selamat (bukan Tuhan), dan mereka tetap berpegang pada hukum dasar Yahudi.
Kaum Ebionites juga menolak pendapat-pendapat (ajaran) Paulus. Mereka pun memiliki Injil yang berbeda dengan Injil umat Kristen saat ini. Namun Injil kaum Ebionites sudah tidak dapat ditemukan bersamaan dengan punahnya kaum Ebionites pada pertengahan abad ke-5 M.
Unitarian muncul pada abad ke-16 M seiring merebaknya Reformasi Protestan. Pengadilan Inkuisisi Gereja melarangnya. Sehingga penduduk Italia yang menganut Unitarian mengungsi ke Transylvania. Pemimpin Transylvania, John Sigismund Zápolya, adalah pendukung Unitarian.
Perbedaan Injil Barnabas dengan Al Qur’an
Terdapat beberapa perbedaan di dalam Injil Barnabas dengan Al Qur’an, di antaranya adalah:
- Maryam melahirkan tanpa rasa sakit
“… Maryam dikelilingi cahaya yang sangat terang, dan melahirkan putranya tanpa rasa sakit …” (Injil Barnabas, bab 3)
Sementara Al Qur’an surat Maryam ayat 23 menyatakan bahwa Maryam juga merasakan sakit saat akan melahirkan.
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.” (QS. Maryam: 23)
- Langit ada sembilan
“… Sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa langit ada sembilan, di antaranya adalah yang mengatur planet-planet …” (Injil Barnabas, bab 178)
Sementara Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 29 menyatakan bahwa Allah menciptakan tujuh langit.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 29)
Penyerupaan Nabi Isa ‘Alaihissalam
Injil Barnabas bab 214 menyebutkan bahwa Judas Iscariot adalah pengkhianat karena telah memberitahukan tempat nabi Isa dengan imbalan tiga puluh keping emas. Injil Barnabas bab 216 menyebutkan bahwa Judas kemudian disalib karena telah diserupakan dengan nabi Isa.
Sementara Ibnu Katsir dalam pembahasan surat An Nisaa’ ayat 157, mengutip riwayat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang menyatakan bahwa yang diserupakan dengan nabi Isa adalah muridnya yang setia (bukan pengkhianat).
“… Kemudian Isa berkata lagi, “Siapakah di antara kalian yang mau diserupakan denganku? Ia akan dibunuh karena kedudukanku. Ia pun akan menjadi teman dekatku di surga.” Kemudian berdirilah sahabat beliau yang masih muda, lalu Isa mengatakan, “Duduklah engkau.”
Kemudian Isa mengulang pertanyaannya sebanyak dua atau tiga kali. Tetapi tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali pemuda itu. Akhirnya Isa pun berkata, “Kamulah orangnya.” Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya serupa dengan nabi Isa. …”
Ibnu Katsir mengatakan bahwa riwayat ini sanadnya shahih sampai Ibnu ‘Abbas.
Injil Barnabas Sebagai Sumber Israiliyat
Injil Barnabas yang beredar saat ini diduga baru dibuat sekitar abad ke-16 M. Kalaupun ada yang berpendapat bahwa Injil tersebut berasal dari Barnabas yang hidup di abad ke-1 M (Barnabas tidak pernah bertemu nabi Isa), maka harus dipahami bahwa Injil tersebut merupakan Sumber Israiliyat.
Sumber Israiliyat digunakan hanya untuk memberi hikmah dari kejadian masa silam, dan tidak digunakan untuk menetapkan suatu hukum halal-haram. Sumber Israiliyat yang dapat digunakan adalah yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits shahih.
Umat Islam tidak wajib untuk meyakini dan mengetahui Sumber Israiliyat, karena ilmu yang wajib diketahui (seperti sifat Allah Ta’ala, cara sholat, dan perkara wajib lainnya) telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan hadits shahih.
Wallahu A’lam
(2869)