“Perlakuan Terbaik Bagi Lawan Yang Tertangkap, Pelepasan Yang Memecah Belah Lawan”
Pertempuran yang dalam bahasa Turki dikenal sebagai Malazgirt Muharebesi ini mempertemukan antara kekuatan Imperium Byzantium dan Kesultanan Seljuq dekat kota Malazgirt di Propinsi Muş, Turki. Kekalahan telak yang diderita Byzantium serta tertangkapnya Kaisar Romanus IV Diogenes menjadi awal mumudarnya kekuasaan negeri Romawi Timur untuk daerag Anatolia dan Armenia. Dilain pihak kemenangan Seljuq pada pertempuran ini merpakan awal pesatnya perkembangan banga
Turki di Anatolia.
Beban utama pada peperangan ini dipikul oleh pasukan profesional dari tagmata barat dan timur karena pasukan bayaran dan pasukan wajib militer Anatolia melarikan diri sebelum palagan dimulai. Kekalahan ini berdampak buruk bagi Byzantium yang segera dilanda konflik sipil dan krisis ekonomi yang menyebabkan melemahnya kemampuan mempertahankan perbatasan
Hal ini menyebabkan membanjirnya imigran bangsa Turki ke Anatolia tengah dimana pada akhir tahun 1080 wilayah Seljuq yang bertambah sekitar 78 ribu kilometer persegi. Dibutuhkan waktu 3 dekade bagi Alexius I untuk memulihkan stabilitas wilayah perbatasan Byzantium.
Latar Belakang
Walaupun Byzantium kuat semasa Abad Pertengahan, ia mulai menurun ketika dipimpin oleh Kaisar Constantine IX dan Constantine X yang tidak cakap. Dua tahun reformasi pada masa Isaac I hanya menahan laju kemunduran militer imperium tersebut. Byzantium bertemu Saljuq pada era kepemimpinan Constantine IX ketika Saljuq sedang mencoba menguasai area Ani, ibukota Armenia. Constantine IX yang menyepakati gencatan senjata dengan Seljuq sampai 1064 memberikan keleluasaan bagi Seljuq untuk menguasai seluruh wilayah Armenia pada 1067, termasuk Caesarea yang dahulunya milik Byzantium.
*Faktor Fathimiyah
Pada tahun 1068, Rimanus IV yang mengambil alih pemerintahan mempercepat proses reformasi militer serta menugaskan Manuel Comnenus untuk memulai ekspedisi melawan bangsa Turki Seljuq. Manuel berhasil menguasai Hierapolis Bambyce di Syria, memukul mundur serangan Seljuq ke Iconium, namun ia tertawan oleh Sultan Alp Arslan. Amat disayangkan bahwa Alp Arslan terlalu cepat berunding setelah kemenangannya pada 1069. Salah satu penyebabnya adalah bahwa Alp Arslan lebih mengkhawatirkan perkembangan Daulah Fathimiyah di Mesir sehingga ia tak ingin ada permusuhan pada dua front.
*Jebakan Damai
Pada bulan Februari 1071, Romanus mengirim utusan ke Alp Arslan untuk memperpanjang perjanjian damai 1069; usulan ini diterima dengan bersemangat oleh Alp Arslan karena ia juga butuh menstabilkan perbatasan utaranya. Setelah kesepakatan itu ia kemudian melepas kepungannya atas Edessa dan menyerang kota Aleppo yg diduduki Fathimyah. Hanya saja, Alp Arslan tidak menyadari bahwa perjanjian itu memang dirancang oleh Romanus untuk mengalihkannya ke selatan. Kini Romanus bebas mengerahkan balatentaranya utk merebut kembali benteng-benteng di daerah Armenia sebelum Saljuq dapat menanggapi.
Permulaan
Dalam ekspedisi itu Romanus ditemani Andronicus Ducas, kaisar bersama sekaligus pesaingnya. Balatentara ini diperkuat dengan 5.000 pasukan profesional Byzantium daru propinsi barat dan timur, 500 pasukan bayaran Frank dan Norman pimpinan Roussel de Bailleul, sejumlah pasukan bayaran Turki dari suku Uz dan Pecheneg, sedikit pasukan bayaran Bulgar, sejumlah infanteri kontingen Duke dari Antioch, sejumlah pasukan Georgia dan Armenia, serta sedikit pasukan kawal khusus Varangian; semuanya berjumlah sekitar 40.000 hingga 70.000 personil.
Ada sedikit ulasan mengapa Byzantium mengurangi jumlah pasukan profesional di setiap propinsinya sebelum masa Kaisar Romanus; yaitu kekhawatiran akan pemberontakan dan pengkhianatan yang bersumber dari pengaruh politik. Dana dialihkan kepada pengadaan pasukan bayaran yang diperkirakan lebih kebal terhadap manuver politik serta mudah untuk dibubarkan setelah selesai ekspedisi militer untuk penghematan pada masa damai.
*Beratnya Perjalanan
Pergerakan melintasi Asia Kecil merupakan perjalanan yang panjang dan berat sehingga keputusan Romanus untuk membawa rombongan kereta pribadinya yang mewah tidak membuat prajuritnya simpati. Selain itu, penduduk lokal pada jalur perjalanannya juga menderita kerugian akibat penjarahan oleh pasukan bayaran Franks yang terpaksa dibiarkan oleh Romanus. Balatentara itu beristirahat di Sebasteia di tepi Sungai Halus dan baru sampai Theodosiopolis pada bulan Juni 1071. Di sana, sebagian jenderalnya mengusulkan untuk sekalian masuk ke wilayah Seljuq sebelum Alp Arslan dapat membayangi, namun Nicephorus Bryennius mengusulkan untuk bertahan dan memperkuat posisinya; keputusan diambil untuk terus maju.
*Dalam Kegelapan
Pertimbangan Romanus untuk tetap maju adalah memperkirakan bahwa Alp Arsaln berada di tempat yang jauh atau tidak berniat maju ke areanya. Romanus maju hingga ke Danau Van dengan harapan merebut Manzikert secara cepat bahkan mungkin sekalian mendapatkan benteng do Khilat. Tanpa sepengetahuannya, Alp Arslan justru sudah sampai di sekitar area tersebut bersama sekutunya dan diperkuat oleh 30.000 kavaleri dari Aleppo dan Mosul. Lebih jauh lagi, elemen pengintai Arslan sudah membayangi serta mengetahui persis kekuatab serta manuvernya sedangkan Romanus sendiri masih dalam kegelapan akan lawannya.
Romanus memerintahkan jenderalnya Joseph Tarchaneiotes untuk bergegas menuju Khilat bersama sebagian pasukan reguler dan pengawal Varangian untuk memimpin elemen Pecheneg dan Frank. Sedangkan, ia sendiri bergerak bersama pasukan utamanya menuju Manzikert; perpisahan kedua kontingen ini membuat keduanya kini hanya berkekuatan sekitar 20.000 personil. Tidak diketahui apa yang terjadi dengan kontingen yg ke Khilat, menurut sumber catatan sejarah kaum Muslimin mereka dilumatkan oleh Alp Arslan terlebih dahulu. Sumber catatan sejarah Byzantium tidak menjelaskannya sama sekali, sedangkan Attaliates menyatakan bahwa mereka kabur setelah berhadapam dengan Sultan Saljuq tersebut; sesuatu yang kecil kemungkinannya mengingat Tarchaneiotes adalah jenderal yang agresif. Apapun yg sebenarnya terjadi, yang pasti adalah kekuatan Romanus tinggal separuh.
Pertempuran
Romanus patut diduga tidak menyadari akan hancurnya kontingen Tarchaneiotes sehingga terus bergerak menuju Manzikert yang dengan mudah ia kuasai pada hari Selasa 24 Dzul Qa’dah 463 Hijriah (23 Agustus 1071); pihak Saljuq merespon dengan mengerahkan pasukan panahnya untuk menghujani posisi tersebut. Keesokan harinya regu pengumpul logistik bertemu dengan pasukan utama Saljuq dan Bryennios terpaksa balik ke benteng Manzikert. Romanus kemudian mengirimkan elemen pasukan berkuda Armenia dibawah Basilakes untuk memastikan laporan ini karena ia menyangsikan kebenarannya.
Adalah sebuah kesalaham fatal mengirimkan pasukan berkuda saja untuk menghadapi pasukan inti Saljuq sehingga semuanya terbunuh dan Basilakes tertwan. Melihat kenyataan itu, Romanus bergegas menyusun barisannya dan menempatkan Bryennios pada lini sayap kiri namum kalah cepat dengan pasukan berkuda Saljuq dan ia terpaksa mundur kembali. Menjelang senja, pasukan Saljuq bermalam di daerah berhutan sehingga sulit bagi Romanus untuk melancarkan serangan balasan kalaupun ia memiliki kekuatan untuk itu.
*Titik Tanpa Pilihan Mundur
Pada hari Kamis 26 Dzul Qa’dah, sebagian pasukan bayaran Romanus dari suku Turki berjumpa saudaranya sesuku dari barisan Saljuq yang membuat mereka berpindah sisi. Ketika Alp Arslan mengirim utusan untuk berdamai ia tidak mendapatkan penerimaan di tendanya Romanus; kaisar menginginkan kemenangan militer yang dinilai masih memungkinkan. Kaisar Romanus menyangka bahwa kesempatan untuk mengalahkan Saljuq adalah saat ini dan menundanya lagi akan sangat mahal; terutama memobilisasi pasukan lagi yang setara dengn sekarang akan sangat menguras dana Byzantium. Upaya untuk memanggil pulang Tarchaneioyes tidak membuahkan hasil.
Pada hari Jum’at 27 Dzul Qa’dah (26 Agustus) pasukan Byzantium sdh digelar dalam formasi tempur dan bergerak menuju posisi Saljuq dengan lini sayap kiri dipimpin Bryennios dan sapa kanan oleh Theodore Alyates. Alp Arslan pun menyiagakam pasukannya dalam bentuk bulan sabit. Salah satu kesalahan Romanus adalah mempercayakan lini cadangannya pada Doukas mengingat keluarga Douki penuh catatan negatif. Pasukan panah Saljuq menghujani barisan lawan sambil lini tengahnya mundur perlahan dan kedua lini sayapnya melebar utk mengitari dan mengepung lawan.
*Jebakan Yang Dinanti
Hujan panah berhasil diserap oleh lini tengah Byzantium, namun jebakan berupa tenda sultan yg dibiarkan tanpa penjagaan berhasil menarik perhatian Romanus sehingga kendalinya terhadap kedua lini sayap menjadi kendur. Padahal, kedua lini sayap Byzantiumlah yang mengalami kerugian tertinggi akibat hujan panah Saljuq. Berkali-kali pasukan Byzantium mengajak Saljuq untuk bertempur jarak dekat, namun tidak pernah diladeni dan tidak terpancing untuk itu. Menjelang sore, Romanus mengeluarkan perintah mundur namun lini cadangan yang seharusnya melindungi manuvuer mundur itu tidak melakukan tugasnya; Doukas sengaja meninggalkan rivalnya Romanus di palagan dalam ancaman yang besar. Peluang yang ditunggu-tunggu Alp Arslan dari pagi akhirnya tiba dan ia melepaskan seluruh pasukan yang selama ini bermanuver mundur untuk maju sekuat-kuatnya ke arah lini tengah yang tidak lagi memiliki perlindungan.
Lini sayap kanan Byzantium langsung hancur akibat serangan terarah Saljuq itu; mereka menduga telah dikhianati entah oleh kesatuan Armenia atau elemen suku Turki yang masih dalam barisan Byzantium. Pada kenyataannya hampir seluruh kesatuan Armenia lepas dari mau sedangkan elemen suku Turki yang setia pada Bzyantium ternyata setia sampai akhir. Sementara, lini sayap kirim dibawah Bryennios bertahan lebih lama namun mereka juga hancur sehingga lini tengah Byzantium menjadi semakin terkepung. Kesatuan kawal Varangian juga setia melindungi Romanus walau mereka seperti pulau kecil dikelilingi samudera. Menjelang subuh keesokan harinya seluruh prajurit profesional tagmata Byzantium sudah gugur, sedikit sisa pasukan wajib militer dibawah Andronicus yang sudah tercabik berhasil lolos, dan Kaisar Romanus tertawan.
Tertangkapnya Kaisar & Kedermawanan Alp Arslan
Ketika Kaisar Romanus IV digiring ke tenda Alp Arslan ia tidak menyangka bahwa sosok yg penuh luka dan berdebu itu adalah kaisar Romawi Timur. Setelah identitasnya dapat dipastikan maka ia menginjak leher kaisar dan memaksanya sujud ke tanah lalu terjadilah dialog:
Arslan: “Apa yang engkau akan lakikan jika aku yang tertangkap?” Romanus: “Mungkin aku bunuh atau paradekan di Constantinople,”
Arslan: “Penyiksaanku lebih berat karena aku akan memaafkan dan melepaskanmu bebas!”
Alp Arslan memperlakukan Romanus dengan sangat baik dan kembali menawarkan klausul perdamaian yang sama dengan yang ia tawarkan sebelum pertempuran. Sesuatu sikap yang tidak pernah ditemukan dalam sejarah kerajaan non-Muslim dalam kondisi serupa manapun di Eropa.
Romanus ditawan selama satu pekan dimana ia diperbolehkan menyantap hidangan di meja sultan sambil merundingkan klausul perdamaian. Kota benteng Antioch, Edessa, Hieropolis, dan Manzikert diserahkan kepada Saljuq. Hampir seluruh wilayah tengah Anatolia tak disentuh padahal sudah tidak ada lagi kekuatan Byzantium yang mampu mempertahankannya. Permintaan Alp Arslan sejumlah 10 juta keping uang emas untuk pembebasannya dirasakan terlalu mahal sehingga diturunkan menjadi 1.5 juta saja dengan diikuti pembayaran 360.000 per tahun.
Persiapan untuk pernikahan antara anak laki-laki Alp Arslan dan anak perempuan Romanus juga dirancang. Sultan juga memberikan hadiah yang banyak, memberikan 2 amir sebagai pendamping, serta 100 pasukan berkuda Mamluk sebagai pengawalannya menuju Constantinople.
*Nasib Romanus Ditangan Doukas
Tidak lama setelah ia kembali ke singgasananya, Romanus mendapatkan kekaisarannya dalam ancaman bahaya internal. Ia telah merekrut ulang pasukan kekaisaran yang setia kepadanya namun 3 kali dikalahkan oleh Doukas yang mengkhianatinya di Manzikert. Ketika ia tertangkap oleh Doukas maka perlakuan yanv dideritanya adalah penyiksaan serta pembutaan kedua matanya secara kejam. Tidam lama kemudian ia wafat akibat infeksi dari penyiksaan pembutaan yang dialaminya.
Kesudahan
Walaupun pertempuran Manzikert memiliki akibat strategis yang tidak terbantahkan, namun ia bukanlah pertempuran yang menelan korban sebanyak yang diduga oleh banyak sejarawan sebelumnya. Bahkan korban di pihak Byzantium reltif sedikit dan hampir seluruh komandannya lolos atau dibebaskan karena tercatat nama mereka dalam pertempuran lain setelah itu. Jumlah pasukan Byzantium yang gugur di Manzikert dibesar-besarkan di kemudian hari setelah kemunduran pada era berikutnya.
Secara umum pertempuran itu sebenarnya tidak mengubah keseimbangan kekuatan antara Byzantium dan Saluq. Namun, perang saudara diantara faksi dinasti Byazntium semakin memperlemah kekaisaran tersebut.
Agung Waspodo, hari ini mencatat bagaimana perlakuan yang baik lagi cerdas terhadap pemimpin lawan yang tertangkap merupakan salah satu cara untuk menundukkannya dengan biaya yang paling efisien serta memaksimalkan perpecahan diantara faksi lawan itu sendiri.. 944 tahun kemudian, lewat 1 hari..
Palembang, 27 Agustus 2015, melewati subuh..
(777)